Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini disebut sebagai "sopir angkot" dan "kenek". Julukan itu dilontarkan oleh mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi.
"Kebetulan kita punya presiden yang berani dan perkasa. Kalau bisa saya analogikan, beliau (Jokowi) ini kayak sopir Medan. Mau naik ataupun nggak, kita tetap jalan," kata Muhammad Lutfi dalam acara ‘Blak-blakan soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel’ di Jakarta, Senin (29/1/2024).
"Proyek yang mau jalan ini juga berani investornya. Lalu Pak Luhut ada di mana? Nah ini kita analogikan sebagai kernetnya. Beliau (Luhut) sangat jago dan berani juga," lanjutnya.
Mengenai itu, menarik untuk melihat perbedaan pendidikan Jokowi dan Luhut.
Pendidikan Presiden Jokowi

Ir. Joko Widodo atau Jokowi selaku Presiden RI ke-7 memiliki latar belakang sebagai pengusaha di bidang meubel. Jokowi yang lahir di Solo, 21 Juni 1961 ini berasal dari keluarga tukang kayu yang cukup sederhana.
Sejak kecil, Jokowi sudah akrab dengan pengolahan kayu lantaran orang tuanya, alm. Widjiatno Notomihardjo dan almh. Sudjiatmi memiliki bisnis pengolahan kayu di Solo.
Jokowi pun berhasil menyelesaikan sekolahnya di SD Negeri 112 Tirtoyoso, SMP Negeri 1 Surakarta, dan SMA Negeri 6 Surakarta. Pasca menyelesaikan bangku sekolahnya, Jokowi melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Berbekal ilmu praktik yang dipelajarinya dari sang orang tua sejak kecil, Jokowi akhirnya menggeluti bisnis meubel sejak masih kuliah hingga sudah berkeluarga.
Baca Juga: Curiga karena Tanpa Libatkan Mensos Risma, Aksi Jokowi Bagi-bagi Bansos Bikin Kubu Ganjar Cemas!
Usai sukses di bisnis meubel, Jokowi memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan PDI Perjuangan pada tahun 2005.