Profil dan Agama Butet Kartaredjasa, Budayawan Pendukung Ganjar yang Dianggap Hina Jokowi

Rabu, 31 Januari 2024 | 09:10 WIB
Profil dan Agama Butet Kartaredjasa, Budayawan Pendukung Ganjar yang Dianggap Hina Jokowi
Seniman sekaligus budayawan Yogyakarta, Butet Kartaredjasa saat diwawancarai. [Hiskia Andika Weadcaksana/Suarajogja.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sentilan Butet Kartaredjasa yang diduga ditujukan untuk Presiden Joko Widodo di Hajatan Rakyat Pendukung Ganjar-Mahfud di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, pada Minggu (28/1/2024) sedang menjadi perbincangan banyak pihak.

“Setiap Mas Ganjar datang selalu ada yang nginthil (membuntuti). Hari ini Mas Ganjar akan datang menemui kita, kemarin sudah ada yang nginthili,” ungkap Butet. “Padahal sing tukang nginthil kuwi opo jenenge (Padahal yang tukang membuntuti itu namanya apa)?”

Massa pun membalas pertanyaan Butet dengan menyebut wedhus atau kambing. Butet lantas menyebut kambing lebih enak dijadikan tongseng dketimbang mendukung paslon.

Tangkapan layar budayawan Butet Kartaredjasa saat memberikan umpatan kepada Presiden Jokowi yang viral di media sosial TikTok. [TikTok]
Tangkapan layar budayawan Butet Kartaredjasa saat memberikan umpatan kepada Presiden Jokowi yang viral di media sosial TikTok. [TikTok]

Wedhus kuwi isane mung (kambing itu bisanya cuma) ditongseng, wedhus kok mendukung paslon?” ujar Butet.

Baca Juga: Kata Paspampres Soal Penganiayaan Warga yang Bentangkan Spanduk Ganjar di Depan Jokowi

Sentilan inilah yang kemudian dianggap menyentil Jokowi. Walaupun tidak ditanggapi oleh pihak Istana, tetapi Butet telah dilaporkan oleh relawan Jokowi ke Mapolda DI Yogyakarta. Dikutip dari Suara Jogja, Butet dilaporkan dengan dugaan Tindak Pidana Penghinaan di Pasal 3165 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP.

Lantas siapa sebenarnya Butet Kartaredjasa yang diduga menghina Jokowi dalam hajatan pendukung Ganjar-Mahfud?

Profil dan Agama Butet Kartaredjasa

Budayawan Butet Kartaredjasa menyampaikan komentarnya terkait meninggalnya Djoko Pekik, Sabtu (12/8/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]
Budayawan Butet Kartaredjasa menyampaikan komentarnya terkait meninggalnya Djoko Pekik, Sabtu (12/8/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

Butet Kartaredjasa merupakan budayawan kawakan Indonesia yang lahir di Yogyakarta pada 21 November 1961. Walaupun namanya telah malang-melintang di dunia seni Indonesia, sampai sekarang Butet masih bertempat tinggal di Yogyakarta.

Pemilik nama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa merupakan putra dari pelukis Bagong Kussudiarjo dan seorang pemeluk agama Kristen. Keluarganya banyak berkecimpung di dunia seni, misalnya adik laki-laki Butet, Djaduk Ferianto.

Baca Juga: Warganya Jadi Korban Kekerasan Aparat yang Kawal Jokowi, Ketua DPRD Gunungkidul Bilang Begini

Suami Rulyani Isfihana ini diketahui pernah berkuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 1982-1987, tetapi konon tidak menyelesaikan studinya. Dari pernikahannya, Butet mempunyai tiga orang anak yakni Giras Basuwondo, Suci Senanti, dan Galuh Paskamagma.

Butet Kartaredjasa dan istrinya, Rulyani Isfihana (instagram/masbutet)
Butet Kartaredjasa dan istrinya, Rulyani Isfihana (instagram/masbutet)

Nama Butet di dunia hiburan bersinar setelah bergabung di sejumlah kelompok teater, seperti Kita-kita, SSRI, dan Sanggarbambu. Butet juga tergabung dalam kelompok komunitas seni Kua Etnika sejak tahun 1995.

Dari dunia teater inilah Butet melebarkan sayapnya ke film layar lebar. “Petualangan Sherina” (2000) adalah film layar lebar pertama yang sekaligus melambungkan namanya, terutama karena peran Pak Raden yang sangat ikonik. Sampai tahun 2022, Butet sudah bermain di 18 film.

Namun sosok Butet begitu melekat di benak masyarakat karena sentilan isu sosial yang dilakukannya dalam bentuk pentas monolog. Misalnya dengan menirukan suara Presiden ke-2 Soeharto, atau dengan tampil di beberapa program komedi satire seperti Republik Mimpi dan Sentilan-Sentilun di Metro TV.

Veronica
Saya orang Jogja, saya menghormati Pak Bagong termaduk putra-putranya.... Tapi sedih waktu dengar ungkapan " asu" yang diungkapkan waktu berkampanye untuk salah satu paslon. Sebagai orang Jawa yang dididik cara Jawa Jogja, ungkapan itu tidak pernah diajarkan dalam hidup saya.karens itu masuk jenis "misuh"
1 komentar disini >

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI