Kenapa Desainer Muda Perlu Punya Nilai Metropolitan Dalam Karya Busananya? Ini Penjelasannya

Rabu, 31 Januari 2024 | 07:45 WIB
Kenapa Desainer Muda Perlu Punya Nilai Metropolitan Dalam Karya Busananya? Ini Penjelasannya
Ilustrasi desainer. (Pexels/Cottonbro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mengarahkan desainer muda daerah agar punya nilai metropolitan dan lebih mudah diterima pasar dalam dan luar negeri melalui Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC) 2024

Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono menjelaskan bahwa tema IYFDC 2024 adalah Budaya Betawi. Tema tersebut sejalan dengan tema besar IFW 2024. Kata Poppy, pemenang kompetisi IYFDC 2024 yang terdiri dari usia 17 hingga 30 tahun ini harus mampu merealisasikan tema dalam desain busana.

Tak hanya itu, penilaian juga berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam menciptakan busana ready to wear yang sarat akan nilai budaya Betawi.

Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC) 2024. (Suara.com/Dini Afrianti)
Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC) 2024. (Suara.com/Dini Afrianti)

"Penggunaan unsur kekayaan lokal juga menjadi faktor penting dalam penilaian agar sejalan dengan misi APPMI melalui IFW yaitu melestarikan dan mengembangkan kekayaan lokal di bidang fashion," papar Poppy di Tokopedia Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2024).

Desainer dari APPMI, Naniek Rachmat bercerita dari 43 rancangan desainer muda mayoritas masih menampilkan look provinsi. Sehingga alih-alih fokus pada desain agar bisa diterima di luar negeri, harus lebih dulu memiliki tampilan metropolitan.

Kondisi menurut desainer senior Indonesia itu malah membuat rancangan yang dibuat jadi tidak fokus, seperti membenturkan bordiran dengan batik, ada tumpukan lipatan, hingga semua detail harus masuk dari mulai kancing, ritsleting dan sebagainya.

Rancangan ini kata Naniek, menunjukan desainer muda awam terhadap tren dan referensi yang terbatas. Sehingga busana yang diciptakan bukan hanya membuat orang lain enggan memakainya, tapi juga memberikan kesan norak bagi masyarakat awam.

"Jadi aku tuh selalu bilang sama desainer muda ini, cobalah untuk memikirkan minimal untuk diri sendiri, apakah kamu mau memakainya atau tidak. Jika kamu saja tidak mau memakainya, apalagi orang lain," ujar Naniek di tengah kegiatannya menjadi juri IYFDC 2024.

Sehingga tidak hanya menjadi juri, Naniek juga kerap memberikan arahan kepada peserta kompetisi IYFDC agar mengikuti tren, melihat desain rancangan internasional dengan pasar global.

Baca Juga: Tampil di New York Indonesia Fashion Week 2024, Olivia Chan Kolaborasi dengan Desainer Ternama

"Jadi aku suka kasih PR, desainer daerah untuk melatih mata melihat desainer dengan rancangan yang bagus, sehari minimal 10 menit, dan cari apa desain yang kamu suka," papar Naniek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI