Suara.com - Nama Adian Napitupulu mendadak jadi perbincangan publik. Semua ternyata gara-gara baliho politikus PDIP itu. Foto di baliho tersebut terlihat sangat berbeda dengan aktivis 98 itu sebenarnya.
Beda wajah Adian Napitupulu di baliho itu diungkap oleh akun TikTok @brorondm. Gambar wajah Adian tampak jadi lebih muda dari usianya. Di bagian bawah wajahnya terpampang kalimat "BERJUANG UNTUK RAKYAT TANPA KERAGUAN!".
Lantas, siapakah sebetulnya Adian Napitupulu, politikus PDIP paling vokal mengkritik berbagai kebijakan hingga 'menyerang' lawan politik. Berikut profilnya.
Baca Juga: TKN Minta Relawan Ojek Pangkalan Bantu Promosi Program Prabowo ke Penumpang
Ia bernama asli Adian Yunus Yusak Napitupulu, seorang politikus dan mantan aktivis yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI. Adian berasal dari fraksi PDIP dan mewakili daerah pemilihan Jawa Barat V (Kabupaten Bogor) sejak tahun 2014 lalu.
Adian lahir 9 Januari 1971 dari pasangan Ishak Parluhutan Napitupulu dan Soeparti Esther. Ayahnya seorang PNS di Kejaksaan RI dan pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri di sejumlah kota seperti Kotamobagu, Kupang dan Barabai.
Adian sendiri semasa kecil kerap ikut orang tuanya berpindah tugas ke beberapa kota tersebut. Sang ayah wafat pada tahun 1981 ketika Adian bekerja di Kejaksaan Agung di Jakarta.
Adian Napitupulu sendiri menempuh sekolah dasar di SDN 01 Ciganjur, Jakarta dari tahun 1979 sampai 1985. Dia kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 166 Jakarta dari 1985 hingga 1988. Begitu lulus, ia lanjut sekolah ke SMA Negeri 55 Jakarta dan tamat pada tahun 1991.
Adian melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia pada 1991. Dikarenakan berbagai macam kegiatan aktivismenya, ia baru dapat menyelesaikan studi S1-nya itu pada tahun 2007.
Aktivis hingga Politikus
Andian dikenal aktif dalam organisasi, seperti menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sejak tahun 1992. Dia juga merupakan anggota Senat Mahasiswa FH UKI sejak tahun 1994. Andian pun merupakan pendiri Forum Kota/FORKOT pada tahun 1998 silam.
Tahun 2004, Andian mendirikan Solidaritas Advokasi Sutet Indonesia. Setahun setelahnya, dia menjadi Sekjen 98 Center. Dia juga menjadi sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) pada tahun 2007.
Andian pun tercatat sebagai pendiri Benteng Demokrasi Rakyat (BENDERA) pada tahun 2009. Dia juga merupakan Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) pada tahun 2012.
Andian juga merupakan pendiri Kelompok Diskusi Prodeo (1994), Aliansi Pemuda Indonesia (API) (1996), hingga jadi penggagas Aksi Rakyat Bersatu (AKRAB) (1998) dan Rembuk Nasional Mahasiswa Indonesia 1 (1999).
Dia juga adalah penggagas Jaringan Kota (2000), penggagas Aliansi Rakyat Adili Soeharto (ARBAS) (2006), penggagas Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) (2013) dan penggagas Konsolidasi Demokrasi Indonesia (KDI) (2013).
Karier Adian dimulai ketika menjadi karyawan di Total Group pada tahun 1990-1991. Dia kemudian menjadi Sekretaris Eksekutif di LBH Nusantara Jakarta pada tahun 1996-1997.