Pendidikan Ade Armando Bukan Kaleng-kaleng, Kini Kena Skakmat Usai Senggol Pendukung Anies Baswedan-Ganjar Pranowo

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 29 Januari 2024 | 11:47 WIB
Pendidikan Ade Armando Bukan Kaleng-kaleng, Kini Kena Skakmat Usai Senggol Pendukung Anies Baswedan-Ganjar Pranowo
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando membantah telah mencemarkan nama baik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Suara.com/Fakhri Fuadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ayah Ade Armando, Mayor Jus Gani, seorang diplomat, terpaksa turun pangkat setelah terpengaruh oleh runtuhnya pemerintahan Soekarno. Keluarga mereka merantau ke Malaysia untuk berdagang setelah dipecat dari militer. Di Malaysia, Ade menghadapi penghinaan dari seorang guru keturunan Cina karena kemampuannya berbahasa Inggris yang belum lancar. Meskipun demikian, pengalaman tersebut memotivasi Ade untuk memperdalam bahasa Inggrisnya.

Setelah merantau, keluarga Ade kembali ke Indonesia pada tahun 1968 dan menetap di Bandung dalam kondisi keuangan yang sulit. Ade menempuh pendidikan dasarnya di Bandung sebelum pindah ke Bogor. Di Universitas Indonesia, Ade mengambil jurusan Ilmu Komunikasi setelah aktif dalam kegiatan jurnalistik sebagai mahasiswa. Selama masa kuliah, ia bergabung dengan Warta UI, badan pers kampus UI.

Ade Armando belajar dari dua figur terkemuka, Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang, yang merupakan wartawan dan aktivis pada masanya. Setelah lulus pada tahun 1988 dengan gelar doktorandus, Ade melanjutkan studi S2 di Florida State University dan meraih gelar master of science dalam population studies. Setelah itu, ia kembali ke UI untuk meraih gelar doktor.

Sejak Maret 1990, Ade Armando telah menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI. Meskipun awalnya mendaftar untuk menjadi diplomat, Ade pindah ke jurusan Ilmu Komunikasi karena rendahnya nilai mata kuliah ilmu pengantar politiknya.

Selain sebagai dosen, Ade juga terlibat dalam dunia jurnalistik, bekerja sebagai wartawan untuk majalah Prisma (1988–1989) dan menjadi Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada tahun 1993, Ade menjadi redaktur Republika, sebuah surat kabar Islam, hingga ia keluar karena tekanan politik pada masa Orde Baru.

Selama kuliah, Ade aktif dalam pers mahasiswa di Warta UI, bahkan terkadang menjual rempeyek di kampus untuk membiayai kuliahnya. Pada tahun 1998–1999, Ade beralih profesi sebagai peneliti dan Manajer Riset Media di Tylor Nelson Sofres, dan pada tahun 2000–2001, menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center di bawah pimpinan Marwah Daud Ibrahim, yang dianggapnya sebagai lingkungan yang bebas dan tidak memihak Habibie.

Puncak karier Ade Armando adalah ketika ia memutuskan untuk pensiun dini dari Universitas Indonesia setelah bergabung sebagai kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI