Suara.com - Di tengah panasnya isu debat capres dan cawapres, artis Kartika Putri baru-baru ini ikut menjadi sorotan. Pasalnya, istri Habib Usman bin Yahya ini tiba-tiba memberikan tantangan kepada para capres untuk membaca Al-Qur'an atau mengaji.
Dalam unggahan di media sosial pribadinya, Kartika Putri menyebut bahwa dirinya ingin mendengar para capres mengaji. Nantinya, capres yang suaranya merdu yang akan ia pilih pada Pemilu 2024 mendatang.
"Jujur aku kepengin sebenarnya dengar capres-capres pada ngaji. Yang suaranya merdu, itu yang kita pilih," kata Kartika Putri dilansir dari unggahan @lambe__danu, Senin (22/1/2024).
Lebih lanjut, menurut Kartika Putri, jika capres bisa membaca Al-Qur'an, maka mereka memiliki berbagai sifat baik termasuk memikirkan rakyat. Oleh sebab itu, ia ingin mengetahui kemampuan membaca Al-Qur'an para capres.
Baca Juga: Kartika Putri Ledek Capres Tak Bisa Ngaji Bikin Netizen Geram: Istri Ustaz Kok Nyinyir
"Karena, pasti udah biasa baca Al-Qur'an. Orang yang sudah biasa baca Al-Qur'an InsyaAllah bijaksana, amanah, hatinya lembut nggak keras, memikirkan rakyat, takut sama Allah melakukan hal-hal zalim, dijaga sama Allah," kata Kartika Putri lagi.
Pernyataan Kartika Putri ini lantas menuai banyak kritikan. Tak sedikit warganet yang tak setuju dengan pendapat Kartika Putri. Menurut warganet, pintar baca Al-Qur'an bukan berarti bisa menjadi pemimpin yang baik. Pasalnya, untuk menjadi pemimpin dibutuhkan berbagai aspek lainnya.
Lalu, bagaimana sebenarnya kriteria memilih seorang pemimpin yang baik menurut pandangan ajaran Islam?
Mengutip NU Online, Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa untuk menakar kepemimpinan yang ideal bisa mengacu pada tiga dari empat sifat wajib bagi para nabi dan rasul. Sifat tersebut adalah siddiq (jujur), amanah (dipercaya), fathanah (cerdas).
Untuk sifat yang pertama, yakni jujur, artinya pemimpin yang baik harus jujur dan terhindar dari sifat tamak atau rakus. Sifat tamak dan rakus akan melahirkan kecurangan ketika menjalankan kepemimpinan.
Baca Juga: Kartika Putri Hijrah Tahun Berapa? Sekarang Jadi Omongan usai Ingin Dengar Capres Adu Mengaji
Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari disebutkan:
“Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.” (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
Sementara untuk sifat kedua atau amanah, ini akan berpengaruh pada keputusan yang diambilnya. Pemimpin harus menangani kasus dan problematika yang menjadi tanggung jawabnya serta memperhatikan kepentingan orang banyak.
“Apabila sifat amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
Maka dari itu, pemimpin harus memiliki keahlian dalam menata negara, yang akan membawa negara dan rakyat pada kestabilan di berbagai bidang, baik keamanan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Terakhir, pemimpin juga harus fathanah, yang berarti dipercaya. Sifat ini membuat pemimpin dicintai oleh rakyatnya. Hal ini berarti bukan hanya sebagian, tetapi menyeluruh.
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (Hadis riwayat Imam Muslim).