Suara.com - Pandemi COVID-19 memiliki dampak signifikan pada sektor pariwisata. Menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen Parekraf), industri ini mengalami penurunan drastis dalam jumlah wisatawan dan pendapatan.
Banyak destinasi wisata melaporkan penurunan lebih dari 70 persen kunjungan. Hotel, maskapai penerbangan, dan agen perjalanan juga terpukul, mencatat penurunan pendapatan yang signifikan. Selain itu, data menunjukkan bahwa sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak secara global, menyebabkan hilangnya pekerjaan dan usaha kecil. Upaya pemulihan membutuhkan adaptasi strategi pemasaran dan kebijakan perjalanan yang lebih fleksibel.
Kabar baiknya, pemulihan sektor pariwisata sudah menunjukkan tanda peningkatan. Sepanjang tahun 2023, kawasan The Nusa Dua yang dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) berhasil mencapai tingkat okupansi sebesar 68,46 persen. Dalam rentang Januari hingga Desember, tingkat hunian rata-rata mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 36,37 persen, menjadikannya capaian yang mengesankan jika dibandingkan dengan 50,20 persen pada tahun 2022. Meskipun mengalami penurunan 7,72 persen dari puncak sebelum pandemi pada tahun 2019, yang mencapai 74,19 persen, pencapaian tersebut tetap menjadi indikator stabilnya sektor pariwisata pasca pandemi.
Puncak okupansi tertinggi tercatat pada periode Juli hingga September 2023, mencapai puncak 84 persen. Sementara itu, kunjungan wisatawan juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 59,16 persen dari tahun sebelumnya, mencapai jumlah luar biasa sebanyak 1.028.415 orang. Dominasi kunjungan berasal dari wisatawan domestik, diikuti oleh negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, China, dan India.
Baca Juga: Abu Rokok Mengenai Pemotor, Penjara Lima Tahun
Dalam keterangan yang diterima Suara.com, General Manager The Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita, menyatakan kegembiraannya atas peningkatan okupansi dan kunjungan sepanjang tahun 2023. Dengan okupansi tahunan mencapai 69 persen, hampir menyamai tingkat sebelum pandemi pada tahun 2019, Ardita menyampaikan optimisme bahwa tren positif ini akan berlanjut sepanjang tahun 2024.
Optimisme tersebut didukung oleh sejumlah reservasi penyelenggaraan event di The Nusa Dua hingga Desember 2024, termasuk acara Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) dengan skala nasional dan internasional. Ardita menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari kepercayaan penyelenggara event, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya terhadap kawasan The Nusa Dua, yang terbukti handal dalam menyediakan fasilitas, infrastruktur, dan sistem keamanan terintegrasi.
Beberapa event yang sudah terjadwal di The Nusa Dua tahun 2024 termasuk Thank God It’s Festival 2024 (TGIF 2024), 39th Asia Pacific Academy of Ophthalmology Congress (APAO), Joyland Festival and Food, Hotel and Tourism Bali (FHTB), World Water Forum (WWF), Bali and Beyond Travel Fair 2024, Coast Festival, serta We The Fest Music Festival Ismaya Live.
Selain event yang diselenggarakan, ITDC juga fokus menggarap potensi wisata surfing dan prewedding di kawasan tersebut. Dengan optimalisasi kawasan, termasuk pembangunan stage seni budaya dan penataan Pulau Nusa Dharma sebagai Pulau Yoga dan Meditasi, serta pengembangan dua spot surfing yang diminati wisatawan di sekitar Pulau Nusa Dharma dan Pulau Peninsula. Water Blow di Pulau Peninsula juga akan dikembangkan sebagai spot untuk aktivitas prewedding, wedding, hingga resepsi pernikahan.
Dengan semakin banyaknya atraksi dan jenis event di kawasan tersebut, The Nusa Dua berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung, melakukan aktivitas, dan menginap di sana. Ardita menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya terus melakukan program promosi terintegrasi yang memperhatikan kualitas wisatawan dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini.
Baca Juga: Apa Itu Pariwisata Hijau? Upaya Sandiaga Uno 'Sulap' Beach Club Raffi Ahmad di Kawasan Lindung