Suara.com - Pendidikan putri semata wayang Desy Ratnasari,Nasywa Nathania jadi perhatian menyusul pernyataan viralnya yang melarang sang ibu ke kampus tempatnya berkuliah.
Bukan tanpa sebab, Nasywa Nathania tak ingin kehadiran ibundanya ke kampus memicu keramaian. Dia berkaca dari kejadian saat SMA saat teman-temannya bila ibunya seorang pesohor.
"Saya itu nggak boleh datang ke kampusnya Nasywa. Dia biasanya kalau ada acara (kampus), yang datang neneknya," kata Desy Ratnasari dalam acara Brownis belum lama ini.
Seturut dengan cerita tersebut, pendidikan Nasywa Nathania jadi bahasan. Gadis berusia 21 tahun tersebut saat ini tercatat sebagai mahasiswi jurusan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Baca Juga: Usianya Sudah Setengah Abad, Desy Ratnasari Mulai Pikirkan Soal Kematian
Menilik laman resmi DIKTI, Nasywa Nathania aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Saat ini, putri Desy Ratnasari semester 8 dan diprediksi lulus pada 2024.
Terkuak, Nasywa Nathania sempat mengikuti program Kampus Merdeka di awal perkuliahannya di ITB. Program itu diikutinya selama tiga semester mulai dari semester dua hingga empat.
Lantas apa itu Program Kampus Merdeka?
Dikutip dari situs resmi, Kampus Merdeka adalah bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memberikan seluruh mahasiswa kesempatan untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai langkah persiapan karier.
Mahasiswa diperbolehkan untuk mengambil mata kuliah di luar program studi selama 1 semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama 2 semester. Pihak kampus diberikan kebebasan untuk menyediakan kegiatan Kampus Merdeka yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mahasiswanya.
Setidaknya 9 program Kampus Merdeka yakni: magang bersertifikat, studi independen, kampung mengajar, Indonesia Internatioal Student Mobility Awards (IISMA), pertukaran mahasiswa merdeka, membangun desa (KKN tematik), proyek kemanusiaan, riset atau penelitian hingga wirausaha. Untuk mengikuti program-progam tersebut ada syarat dan ketentuan yang diberlakukan.
Adapun manfaat program Kampus Merdeka antara lain: kegiatan yang diikuti dapat dikonversi menjadi SKS, perluasan jaringan hingga ke luar program studi dan universitas, eksplorasi pengetahuan dan kemampuan di lapangan selama satu semester serta menima ilmbu langsung dari mitra berkualitas dan terkemuka.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengeluarkan lima Permendikbud mengenai landasan penerapan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
Menurut Nadiem, inovasi dan kreativitas perguruan tinggi sangat penting dalam menjalankan kebijakan Kampus Merdeka. Sebab, dalam program ini mahasiswa diberi pilihan untuk boleh tidak mengambil skripsi atau tugas akhir sebagai sebagai syarat lulus kuliah.