Apa Itu Greenflation? Pertanyaan Jebakan Gibran Rakabuming ke Mahfud MD di Debat

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 22 Januari 2024 | 06:59 WIB
Apa Itu Greenflation? Pertanyaan Jebakan Gibran Rakabuming ke Mahfud MD di Debat
Mahfud MD dan Gibran Rakabuming di debat Pilpres 2024
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat Calon Wakil Presiden 2024 sempat berjalan memanas. Ini terjadi saat Cawapres nomor urut 3 Gibran Rakabuming Raka melemparkan pertanyaan ke Cawapres nomor urut 2 Mahfud MD.

Awalnya Mahfud MD diminta menjelaskan adanya tantangan greeninflation dalam persoalan perlindungan lingkungan. Gibran pun sempat menyebutkan greeninflation bukan inflansi hijau.

Gibran mengungkapkan sengaja tidak menyebutkan pengertian inflasi hijau ke Mahfud karena dianggap telah memahaminya. "Tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau kan seorang profesor ini adalah inflasi hijau sesimpel itu," tanya Gibran Rakabuming kepada Mahfud MD.

Lantas apa artinya greeflation? Dikutip dari philonomist,  reenflation mengacu pada kenaikan harga bahan mentah dan energi sebagai akibat dari transisi hijau.

Baca Juga: Dompet Seorang Jurnalis Raib Saat Wawancara Gibran Usai Debat Keempat Pilpres 2024

Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (tengah) saat Debat Capres-Cawapres Keempat di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (tengah) saat Debat Capres-Cawapres Keempat di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Inflasi yang terjadi setelah rencana pemulihan pascapandemi – dan yang semakin diperburuk oleh perang di Ukraina – mungkin tidak bersifat sementara seperti yang kita duga sebelumnya. Ungkapan “greenflation” mencerminkan pengertian bahwa kenaikan harga dapat bersifat jangka panjang, seiring dengan upaya negara-negara untuk memenuhi komitmen lingkungan mereka.

Meningkatnya pengeluaran untuk teknologi bebas karbon menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan yang strategis untuk infrastruktur tersebut.

Sementara itu, intensifikasi peraturan lingkungan hidup yang membatasi investasi pada proyek pertambangan yang berpolusi tinggi juga membatasi pasokan bahan baku, yang juga mengakibatkan kenaikan harga. Oleh karena itu, transisi hijau menjadi lebih mahal karena penerapannya lebih luas.

Lantas apa contohnya? 

Pajak karbon, yang masuk akal dari sudut pandang lingkungan hidup, menyebabkan harga bahan bakar naik. Hal itulah yang memicu gerakan protes Rompi Kuning di Prancis pada tahun 2018. Dari segi logam strategis, harga litium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik meningkat sebesar 400% pada tahun 2021. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, sementara permintaan litium diperkirakan akan meningkat sebanyak 40 kali lipat pada tahun 2040.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Puji Mahfud MD Karena Menolak Pertanyaan Receh Gibran Rakabuming

Hal yang sama berlaku untuk aluminium, yang digunakan untuk menghasilkan energi surya dan angin, yang harganya naik dua kali lipat antara tahun 2021 dan 2022, dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Tren ini juga diperkirakan akan bertahan lama, karena Tiongkok, yang memproduksi 60% dari seluruh aluminium, telah memutuskan untuk membatasi produksi pabrik baru yang berpolusi tinggi, untuk mencapai netralitas karbon.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI