Suara.com - Politisi senior Budiman Sudjatmiko kini dihujat habis-habisan usai mengunggah konten berisi sebuah kutipan dalam rangka mengkampanyekan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Sekilas, tak ada yang salah dengan kutipan tersebut.
"Siapa yg mengontrol pasokan pangan, dia bisa mengontrol manusia; siapa yg mengontrol energi, dia mengontrol benua; siapa yg mengontrol uang, dia akan mengontrol dunia," cuit Budiman via akun X sembari mengunggah poster ajakan mencoblos Prabowo-Gibran.
Usut punya usut, kutipan tersebut datang dari sosok Henry Alfred Kissinger, seorang eks Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
Kissinger kerap dipandang sebagai sosok penjahat perang di mata sebagian penduduk Negeri Paman Sam bahkan oleh orang Indonesia. Hal itu sebab kebijakannya yang kontroversial yakni Perang Vietnam.
"Henry Kissinger, penjahat perang kelas kakap," bunyi salah satu contoh cuitan warganet mengkritik cuitan Budiman.
Sontak, Budiman kini dinilai menciderai citra Prabowo lantaran tak sengaja mengutip sosok Kissinger yang kerap menuai kontroversi.
Profil Budiman Sudjatmiko: Eks aktivis 98 kini mepet ke Prabowo
Terlepas dari kontroversi tersebut, Budiman Sudjatmiko merupakan salah satu politisi ternama.
Baca Juga: Survei Indikator: Prabowo-Gibran Sejuk di Puncak, Anies-Cak Imin Ngebut Salip Ganjar-Mahfud!
Ia juga dikenal sebagai salah satu aktivis dalam demonstrasi besar-besaran di tahun 1998 di akhir rezim Orde Baru.
Budiman Sudjatmiko merupakan putra kelahiran Majenang, Cilacap, Jawa Tengah pada 10 Maret 1970.
Politisi berusia 53 tahun ini sempat menentang habis-habisan rezim Orde Baru melalui Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang ia dirikan.
Jauh sebelum ia vokal menentang rezim yang otoriter, Budiman menempuh studi di Universitas Gadjah Mada. Namun, ia akhirnya drop out alias mengundurkan diri.
Ia lebih memilih untuk menekuni aktivisme hingga membuatnya dijebloskan ke penjara pada 1996.
Budiman harus menghabiskan waktu yang lama selama 13 tahun penjara melalui sidang vonis hakim.
Beruntungnya sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memberikan amnesti kepada Budiman dan ia bebas pada 10 Desember 1999.
Budiman akhirnya bisa melanjutkan dan menamatkan studinya di SOAS, Universitas London, dan Universitas Cambridge.
Ia juga berkesempatan untuk melanjutkan kariernya sebagai politisi dengan bergabung ke dalam PDI Perjuangan.
Bersama PDI Perjuangan, Budiman berhasil dipilih menjadi anggota DPR RI dan getol menyuarakan penyusunan Undang-Undang Desa.
Sayangnya, karier Budiman di PDI Perjuangan harus berakhir setelah sekian lama mengabdi bersama.
Budiman harus angkat kaki dari partai banteng lantaran memberikan dukungan kepada sosok Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.
Hal itu tentu tak sejalan dengan sikap partai yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Kontributor : Armand Ilham