Suara.com - Rumor perseteruan Jokowi dengan PDIP maupun ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, semakin kentara di mata publik.
Itu setelah Jokowi tidak menghadiri acara HUT ke-51 PDIP, Rabu (10/1). Pihak istana mengonfirmasi sang presiden tengah melawat ke sejumlah negara sahabat pada waktu bersamaan.
Meski begitu, perpecahan Jokowi - PDIP semakin kentara tatkala Megawati tak sekali pun menyebut nama Jokowi dalam pidatonya untuk merayakan ultah partainya.
Padahal, Megawati biasanya menyebut nama Jokowi dalam pidato-pidatonya. Selain itu, Jokowi sendiri tak pernah absen dalam acara-acara besar PDIP.
Baca Juga: Respons Prabowo Saat Diingatkan Berhati-hati Bicara Agar Tak Emosi
Sementara di kalangan publik, perseteruan ini dianggap buntut pidato Megawti yang menganggap Jokowi bukanlah siapa-siapa bila tidak diusung PDIP sebagai presiden. Pidato itu dinilai banyak pihak merendahkan diri sang presiden.
Namun, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai perseteruan Megawati dengan Jokowi bukan dikarenakan dendam atau rasa direndahkan, tapi strategi politik.
"Bukan masalah pribadi lantaran Megawati memanggil Jokowi sebagai petugas partai, tapi ada beda kepentingan politik sifgnifikan antara keduanya," kata dia.
Dia menjelaskan, masa jabatan Jokowi sebagai presiden akan habis pada Oktober 2024. Tentu Jokowi memunyai kepentingan mengamankan keluarga dan kroni-kroninya.
Bisa saja, kata dia, Jokowi tidak yakin Ganjar Pranowo yang notabene calon presiden usungan PDIP bisa mengamankan kepentingannya.
Baca Juga: Momen Gibran Sungkem dan Peluk Kiai Sayuti Toha Tuai Simpati: Banyuwangi All In Prabowo-Gibran
Sebagai alternatif, Jokowi memutuskan mendukung Prabowo meski bertentangan dengan keputusan partainya.
Pendapat ini diperkuat dengan keputusan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, yang menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo.
Jamiluddin menyimpulkan, keputusan Jokowi menyodorkan Gibran sebagai cawapres Prabowo adalah langkah strategis untuk memperkuat hubungannya dengan Prabowo dan memastikan keamanan kepentingannya.
Kedekatan Jokowi dengan Prabowo juga terlihat dari seringnya mereka tampil bersama, terutama setelah PDIP mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.
"Bisa jadi, Jokowi menilai Ganjar lebih loyal kepada Megawati ketimbang kepada dirinya," kata dia.