Menilik Jejak Politik Para Penggemar K-pop

Kamis, 11 Januari 2024 | 12:29 WIB
Menilik Jejak Politik Para Penggemar K-pop
Ilustrasi penggemar menikmati konser idola (Unsplash/@actionvance)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggemar K-pop memang dikenal sebagai sekelompok orang yang sangat solid. Mereka tak hanya sekedar mengagumi sang idola saja, melainkan akan merasa telah mengenal idola lebih dalam secara personal.

Maka dari itu, mereka sangat rela untuk melakukan apapun demi menjaga sang idola bahkan tak segan untuk membela idolanya jika ada yang menganggu.

Selain itu, kekuatan mereka di media sosial pun tak perlu diragukan lagi. Hal itu pun sebenarnya sudah mereka sadari.

Kekuatan dan solidnya mereka ternyata tak hanya berdampak pada idola mereka saja. Bahkan, kekinian sampai menjamah politik suatu negara.

Baca Juga: Qodari Yakin Puan Maharani Belum Sepenuhnya Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024: Baru Satu Kaki Aja

Berikut adalah ulasan mengenai jejak politik para kpopers.

Reformasi Dikorupsi dan Bintang Emon

Pertama akan dimulai dari kekuatan dan jejak politik kpopers di Indonesia. Pada tahun 2019 ribuan mahasiswa turun di sejumlah kota besar Indonesia untuk memprotes isi RUU yang dibahas oleh DPR.

Demo yang dilakukan oleh sekumpulan mahasiswa itu bertajuk 'Reformasi Dikorupsi' yang khusus menyorot revisi UU KPK. Lantaran revisi itu ditakutkan dapat menjegal upaya penanganan korupsi dan Rancangan KUHP yang mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Kala itu, Ismail dari Drone Emprit menemukan data mengejutkan tentang tren tagar Twitter Indonesia selama 23-24 September. Tagar #ReformasiDikorupsi memiliki volume percakapan tertinggi, diikuti oleh #TurunkanJokowi di peringkat kedua. Menariknya, tweet di posisi tiga besar berasal dari klaster Generasi Y dan akun penggemar musik K-Pop.

Baca Juga: Gonjang-ganjing Tahun Politik, Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Menurun di 2024

Cuitan itu berasal dari akun penggemar K-pop bernama @beautifulyoongo dengan jumlah retweet mencapai 24.000-an.

Tak hanya itu, pada kasus Bintang Emon pada tahun 2020, kpopers juga turut menyuarakan dukungan terhadap sang komika. Kala itu Bintang Emon bermasalah karena menanggapi kasus Novel Baswedan yang janggal.

Gegara hal itu, sang komika pun dituding sebagai pengguna narkoba oleh buzzer. Saat itu para kpopers pun bergabung dan menyuarakan tagar #BintangEmonBestBoy yang berhasil mendapat kicauan sebanyak 9000.

Dari hal itu pun sangat menunjukkan kesadaran bahwa semangat militansi pecinta K-pop bisa digunakan untuk menebar kebaikan.

Fans Kpop Kacaukan Kampanye Donald Trump

Ternyata kekuatan dan kesolidan mereka tak hanya terjadi di negara Indonesia saja, melainkan di Amerika Serikat.

Peristiwa ini juga terjadi pada tahun 2020, saat itu Donald Trump akan melakukan kampanye di Tulsa, Oklahoma. Tiket pada kampanye itu terjual habis dengan permintaan 1 juta, padahal kapasitas venue hanya 19 ribu orang.

Namun, saat ia hadir peserta yang datang hanya 6 ribu orang. Usut punya usut ternyata para penggemar K-pop ini yang meludeskan tiket online, tetapi tidak hadir.

Seruan itu pun bermula dari sebuah video di TikTok milik Mary Jo Laupp. Dalam unggahannya itu ia menyerukan untuk boikot kampanye Trump.

Menurutnya, kampanye Trump yang sosoknya dekat dengan supremasi kulit putih, tak semestinya digelar pada 19 Juni yang diperingati hari berakhirnya perbudakan. Lokasi kampanyenya pun berpengaruh, karena Tulsa menjadi wajah rasisme serta segregasi.

Unggahan video milik Mary Jo itu pun viral dan mendapat respon masif dari penggemar K-pop. Tentu saja hal itu sukses membuat Trump kesal karena sabotase ini.

Kpopers Thailand Menentang Kekuasaan Mutlak Militer dan Monarki

Pada tahun 2020, Thailand memanas akibat gelombang demonstrasi yang meminta Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur serta kekuatan monarkinya, yang diwakili oleh Raja Vajiranlongkorn.

Aksi itu merupakan inisiasi dari anak muda. Menurut mereka Prayuth sangat sulit digoyangkan setelah ia mengkudeta pemerintah sipil pada 2014 dan kemudian membuat draf konstitusi yang berpeluang memperpanjang masa jabatannya.

Di sisi lain, monarki dianggap sudah terlalu lama menikmati keistimewaannya, termasuk kebal hukum dengan aturan lese-majeste yang bisa memenjarakan orang yang kritis terhadap kerajaan sampai 15 tahun.

Namun, di masa-masa perjuangan itu munculah sebuah kelompok penggemar K-pop dari Thailand yang menarik perhatian. Kala itu mereka melakukan mobilisasi yang cukup berdampak, mereka melauka penggalangan dana di Twitter salah satunya melalui fanpage Girl Generation yang berhasil mengumpulkan 25 ribu USD dalam waktu 9 jam.

Dalam jangka waktu satu minggu, mereka bisa berhasil meraih galang dana mencapai 128 ribu USD.

Diketahui, donasi itu digunakan untuk membeli alat-alat perlindungan untuk para demonstran seperti helm, jas hujan, hingga sarung tangan untuk melindungi mereka dari tindakan polisi.

Tak hanya itu, sebagian uang juga digunakan untuk pembiayaan bantuan hukum yang dilakukan Thai Lawyers for Human Right untuk menangani pendampingan terhadap demonstran yang tertangkap dan ditahan militer selama aksi itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI