Suara.com - Nama Ustaz Solmed menjadi sorotan usai memamerkan rumah mewah barunya yang bak istana. Hal tersebut membuat Ustaz Solmed banjir kritikan dan disebut riya oleh para warganet.
Sementara namanya dibilang riya, Ustaz Solmed justru tidak peduli dengan cibiran orang lain. Menurutnya, sekelas Nabi Muhammad SAW saja masih banyak orang yang mencibir dan tidak suka. Ia juga membawa Nabi Sulaiman yang dikenal kaya, dan banyak orang tahu akan hal itu.
Oleh sebab itu, Ustaz Solmed tidak begitu mempermasalahkannya. Pasalnya, menurut Ustaz Solmed ia tidak melakukannya agar dipuji. Bahkan, ia juga masih memiliki banyak kekurangan. Berbicara mengenai riya, bagaimana Islam memandang hal tersebut?sebenarnya bagaimana?
Riya dalam Islam
Baca Juga: Pantas Punya Moge Senilai Ratusan Juta, Tarif Ceramah Ustaz Solmed Bisa Buat Jajan Ribuan Honda BeAT
Mengutip laman Fatwa Tarjih, riya sendiri memamerkan amal, ibadah atau prestasi kita kepada orang lain dengan tujuan mendapat pujian dan penghargaan darinya. Biasanya, orang yang riya memamerkan segala hal baik dengan tujuan dipuji oleh orang lain.
Riya ini juga sering berkaitan dengan amal yang diperbuat. Maksudnya, seseorang melakukan amal baik hanya untuk dilihat atau mendapat pujian dari orang lain.
Dalam hadis, Rasulullah saw menerangkan hakikat amalan yang dianggap di jalan Allah, yakni yang ikhlas dan diterima di sisi-Nya:
“Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Seorang laki-laki datang menghadap Nabi saw, lalu berkata: Ada orang berperang karena fanatik, berperang karena berani dan berperang karena riya, yang manakah di antara mereka itu yang di jalan Allah? Jawab beliau: Barangsiapa berperang supaya agama Allah itu yang paling tinggi maka ia berada di jalan Allah.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].
Orang yang riya ini juga bisa terlihat jelas dalam aksinya sehari-hari. Dalam laman Mufakat Al Banna, Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Ulama fiqih dan pakar hadis kelahiran Samarkan Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu (RA) yang menyebutkan 4 tanda orang yang riya.
Baca Juga: Sejak Kapan Ustaz Solmed Jadi Pendakwah? Ternyata Ada Jasa Mendiang Uje
- Malas jika bersendirian.
- Tangkas (semangat) jika di depan orang lain.
- Menambah amalnya jika dipuji.
- Mengurangi amalnya jika dicela.
Lalu bagaimana kalau pamer harta?
Melihat hal ini, Buya Yahya menjelaskan, kalau pamer bukanlah termasuk riya, melainkan sombong. Hal ini karena riya hanya berkaitan dengan amal ibadah.
“Kalau pamer harta dunia itu bukan riya. Riya itu adalah pamer amal kebaikan di depan manusia. Kalau pamer dunia itu bukan riya tapi masuk wilayah jelek lagi namanya sombong. Bangga dengan dunia, sombong ‘wah aku punya ini’. Nah itu sombong, bukan riya. Kalau riya bukan begitu modelnya,” kata Buya Yahya dalam video yang diunggah di kanal Youtube Al-Bahjah TV, lima tahun lalu.
Kesombongan ini juga menjadi hal yang dilarang dalam Islam. Pasalnya, sifat ini dapat memberikan hal buruk dan musibah kepada orang tersebut. Oleh sebab itu, Buya Yahya menyarankan, kalau memiliki harta kekayaan melimpah, cukup diam dan tidak usah memamerkannya.
“Kalau kita memiliki kekayaan, jangan jadikan kita terlena dan menjadikan kita sombong. Karena dengan pamer itu juga banyak musibahnya, terutama mengundang orang lain berbuat jahat. Kedua menyakiti orang yang tidak memiliki yang mereka miliki. Kalau punya mobil bagus ya sudah, gak usah pamer,” pungkasnya.