Selain itu, istilah yang dipakai pun berkaitan era dengan visi mereka untuk membawa percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Indonesia jika terpilih menjadi pemimpin nantinya.
Debat Kedua: Pakai Baju Adat Hingga Warna Gonjreng
Dalam debat kedua, mereka pun tampak terlihat kompak memakai baju adat dari dua daerah yang berbeda.
Ganjar memakai baju adat Pulau Rote Ndao, sedangkan Mahfud mengenakan baju tradisional khas daerah kelahirannya alias Madura.
Merujuk pada laman resmi Pemkab Rote Ndao, baju adat itu terdiri dari Ti'i langga sebagai topi, selimut yang diselempangkan di bahu kanan, lalu ada selimut (Hafa) yang dililitkan di pinggang, dan Habas yang dikalungkan ke leher.
Ti'i langga merupakan aksesoris dari pakaian tradisional untuk pria Rote. Konon hal tersebut melambangkan sifat asli orang Rote yang cenderung keras. Selain itu, ti'i langga juga merupakan simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya.
Sementara baju adat Madura yang memiliki garis-garis merah putih yang dikenal sebagai baju Pesa'an. Terdapat filosofi menarik di balik wujud pakaian pesa'an itu. Wujudnya yang serba longgar adalah perwujudan dari masyarakat Madura yang begitu menghargai suatu kebebasan.
Kaos dengan warna belang merupakan dalaman dari baju luaran pesa'an itu menunjukkan mental pejuang, pemberani, dan tegas yang dimiliki oleh suku Madura.
Dalam debat kedua ini, pasangan capres dan cawapres nomor urut 3 ini tak hanya mengenai satu busana saja. Ketika sesi penutupan keduanya kompak berganti baju, kembali mengenakan kemeja bertuliskan 'Sat-Set' dan 'Tas-Tes'.
Namun, bedanya dari baju debat pertama adalah warnanya. Kala itu mereka mengenakan kemeja dengan warna pink. Ganjar Pranowo mengonfirmasi warna itu adalah kesukaan para perempuan dalam rangka merayakan Hari Ibu.