Konflik Laut China Selatan Dibahas Pada Debat Capres, Pahami Konteksnya Yuk

Senin, 08 Januari 2024 | 14:33 WIB
Konflik Laut China Selatan Dibahas Pada Debat Capres, Pahami Konteksnya Yuk
Suasana Ketiga Calon Presiden (Capres) saling beradu gagasan saat Debat Capres Ketiga di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat capres yang ketiga telah berlangsung kemarin pada Minggu (7/1/2024). Acara tersebut digelar oleh KPU di Istora Senayan, Jakarta.

Tentu saja dalam debat itu tak luput dari pernyataan panas yang dilontarkan masing-masing capres. Salah satunya ketika membahas mengenai konflik Laut China Selatan.

Ketiga capres, Anies, Prabowo dan Ganjar saling lempar argumen mengenai masalah Laut China Selatan. Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia wajib memiliki pertahanan yang kuat untuk hadapi konflik ini.

Namun, sebelum membahas mengenai solusi dari konflik LCS ini. Mari kita telaah dulu konteks apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana.

Apa yang terjadi di Laut China Selatan?

Kawasan Laut China Selatan meliputi perairan dan daratan dari gugusan kepulauan dua pulau besar, yakni Spratly dan Paracels, serta bantaran Sungai Macclesfield dan Karang Scarborough yang terbentang luas dari negara Singapura yang dimulai dari Selat Malaka sampai ke Selat Taiwan.

Mengutip dari buku berjudul 'KONFLIK LAUT CHINA SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KAWASAN' yang ditertibkan P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika menyebut bahwa sudah sejak lama bentangan laut Cina Selatan jadi konflik antar negara.

Beberapa negara, seperti Republik Rakyat China (RRC), Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam, terlibat dalam upaya konfrontatif saling klaim, atas sebagian ataupun seluruh wilayah perairan tersebut. Indonesia, yang bukan negara pengklaim, menjadi terlibat setelah klaim mutlak RRC atas perairan Laut China Selatan muncul pada 2012.

Konflik antarnegara yang terlibat saling klaim kepemilikan atas pulau-pulau (kepulauan) di sana (claimant states) baru muncul di dasawarsa 1970, dan berulang kembali di dasawarsa 80, 90 hingga 2010 ini.

Baca Juga: Prabowo Subianto Kecewa Diserang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Soal Pertahanan

Namun, tidak dapat disangkal di masa lalu, penguasapenguasa tradisional dari Tiongkok (China) dan Vietnam, dan negara-negara baik yang terlibat saling klaim sekarang maupun tidak itu, pernah terlibat memperebutkan kontrol atas wilayah perairan di sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI