Zaskia Adya Mecca Minta Remaja Tidak Nikah Muda, Perkawinan Anak Masih Tinggi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 08 Januari 2024 | 13:14 WIB
Zaskia Adya Mecca Minta Remaja Tidak Nikah Muda, Perkawinan Anak Masih Tinggi
Zaskia Adya Mecca di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (26/12/2023). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Zaskia Adya Mecca ikut meminta anak muda untuk tidak perlu tergesa-gesa dalam memutuskan menikah. Hal tersebut ia ungkapkan dalam Bimbingan Remaja Usia Sekolah Plus (BRUS+) yang diadakan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agara RI

"Menikah jangan terlalu muda, ada masa di mana kita ingin menikmati hidup sendiri, tanpa dibebani dengan kewajiban dan tanggung jawab yang dapat ditunda. Setelah menikah, tidak bisa lagi menjadi diri sendiri seperti sebelum menikah, karena harus mengemban kewajiban dan tanggung jawab sebagai Ibu dan Istri" paparnya.

Zaskia Adya Mecca juga berpesan kepada para remaja untuk tidak menikah pada usia muda hanya karena terlalu cinta. la mengkhawatirkan bahwa cinta yang berlebihan bisa jadi bukanlah cinta sejati, melainkan hawa nafsu.

Bimbingan Remaja Usia Sekolah Plus (BRUS+). (Dok. Istimewa)
Bimbingan Remaja Usia Sekolah Plus (BRUS+). (Dok. Istimewa)

Perkawinan anak masih menjadi salah satu momok yang terjadi di Indoensia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, tingkat perkawinan anak di Indonesia mencapai 9,23%, setara dengan 163.371 pernikahan anak.

Baca Juga: 5 Pernyataan Gaya Zaskia Adya Mecca Membela Palestina, dari Kaos Hingga Bros: Ini yang Ingin Disampaikan

Artinya, satu dari sembilan perempuan menikah saat masih anak-anak, sementara hanya satu dari seratus laki-laki berusia 20-24 tahun yang menikah dalam kondisi serupa.

Pengadilan Agama mencatat tiga alasan dominan dalam pengajuan dispensasi perkawinan anak: kehamilan sebelum nikah, hubungan seksual sebelum pernikahan, dan kedekatan berlebihan antara pasangan yang berpotensi menyebabkan perbuatan terlarang (zina).

Kajian akademik menyoroti beberapa faktor yang memicu perkawinan anak, termasuk kehamilan pranikah, faktor sosial, ekonomi, pengaruh tokoh agama dan masyarakat, serta penafsiran agama yang membenarkan tindakan tersebut.

Hal ini yang membuat Ditjen Bimas Islam Kementerian Agara RI, menggelar Bimbingan Remaja Usia Sekolah Plus (BRUS+) yang diikuti oleh seribu peserta. 

Kepala Subdirektorat Bina Keluarga Sakinah Kemenag, Agus Suryo Suripto menerangkan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka pernikahan anak yang tinggi. Pernikahan anak yang tinggi ini, tentunya menjadi akar dari banyak masalah dikemudian hari, oleh karenanya pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama merasa perlu bertindak untuk menekan angka pernikahan anak di Indonesia.

Baca Juga: Bikin Haru! Wajah Anak Zaskia Adya Mecca 'Babak Belur' Demi Ungkap Kesedihan Untuk Palestina

Konsep BRUS dilahirkan sebagai upaya edukasi untuk remaja usia sekolah agar mampu menyiapkan masa depan sebaik — baiknya. Program BRUS membekali remaja melalui penguatan karakter dan kesadaran pengelolaan kepribadian yang baik. Generasi muda harus memiliki kemampuan mengelola diri dan lingkungan, agar tidak terjebak pada lingkungan sosial dan pergaulan bebas.

Suryo berpesan kepada peserta yang terdiri dari siswa/siswi SMA se-Jabodetabek itu untuk melakukan persiapan yang matang sebelum menikah. Menurutnya, dua aspek penting yang perlu dipersiapkan sebelum menikah adalah kesadaran dalam mengelola diri dan penguatan keagamaan.

"Pertama, persiapkan masa depan dengan membangun kesadaran dalam pengelolaan diri, setiap remaja mempunyai potensi diri harus bisa dikembangkan. Generasi muda punya masa depan yang harus diperjuangkan. Kedua, perkuat pendidikan agama, karena agama merupakan benteng dari pergaulan dan lingkungan sosial yang tidak baik" tegasnya.

Sementara itu dalam Talkshow Habib Ja'far mengatakan, pernikahan seharusnya dilakukan karena kesiapan, bukan karena dorongan nafsu belaka. la menekankan bahwa pengendalian nafsu seharusnya dilakukan melalui pengembangan potensi diri, bukan dengan menikah terlalu dini.

"Nikah itu karena mampu, bukan sekadar ingin menghindari perzinaan. Tidak tepat jika mengatakan bahwa menikahkan remaja untuk menghindari zina, lebih tepat jika menghindari zina adalah dengan tidak bersina, lalu dengan apa? Dengan berkegiatan yang positif untuk mengembangkan diri dan prestasi, karena dengan pengembangan diri akan menghindcrkan pernikahan dini" tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI