Suara.com - Nama Ivan Gunawan saat ini tengah ramai menjadi perbincangan publik. Lantaran KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Pusat mengeluarkan teguran untuk acara "Brownis".
Merujuk pada akun Instagram KPI Pusat, pihaknya menegur "Brownis" karena menampilkan momen pembawa cara mengenakan busana yang dinilai menyerupai perempuan.
"Program ini kedapatan menampilkan adegan yang mengarah pada penormalan laki-laki bergaya perempuan yang dipertontonkan kepada khalayak," bunyi teguran KPI Pusat, dikutip pada Kamis (4/1/2023).
"Pelanggaran ini terjadi pada 30 Oktober 2023 pukul 12.38 WIB berupa penampilan a.n Ivan Gunawan menggunakan pakaian, riasan, aksesoris, dan bahasa tubuh kewanitaan," lanjut teguran itu.
Mengetahui hal itu, Ivan Gunawan langsung memberikan tanggapannya. Dalam tanggapannya itu, ia membantah kalau busana yang ia kenakan menyerupai wanita.
Menurut keterangan Ivan Gunawan, gaya busananya terinspirasi dari pakaian pesta di tahun 1960-an. Desainer yang akrab disapa Igun itu juga mencari ide melalui aplikasi Pinterest.
"Jadi buat temen-temen KPI, terima kasih atas tegurannya. Tapi aku mau ngasih tahu dulu nih kalau di aplikasi ada namanya Pinterest. Kalian bisa lihat tuh tren fashion dari kapan pun," jelas Ivan Gunawan di Instagram.
"Ini hasil penelusuran gue lewat Pinterest. Ini yang paling mudah dicari. Jadi lu tahu di tahun 60-an, orang pergi party itu bentuknya seperti apa. Ini 60-an di Eropa, Amerika ya," tegasnya.
Ivan Gunawan juga menyampaikan keterangan tambahan melalui kolom caption. Dia menjelaskan bahwa boots hak tinggi seperti yang dipakai olehnya tidak identik dengan perempuan. Jadi dia merasa tidak masalah dengan pilihan sepatunya kala itu.
Baca Juga: 10 Potret Penampilan Ivan Gunawan di Ultah Brownis, Jadi Penyebab Kena Sanksi KPI
"Tuh liat @kpipusat ini trend fashion tahun 60-an bapak moyang kita pake boots hak tinggi kalo ke pesta @brownis_ttv hak itu bukan buat cewek doang .... paham arti fashion nggak sih," tulis Ivan Gunawan.
Jika melihat tanggapan Ivan Gunawan sebenarnya memang ada tren busana yang dikenakan pria namun tampak seperti wanita, hal itu biasa dikenal sebagai genderless fashion.
Lantas apa itu genderless fashion, berikut ulasannya.
Mengenal Genderless Fashion
Pada tahun 2021 kemarin, tren genderless fashion tampak semakin berkembang dan naik daun. Istilah itu pun mencuat setelah Harry Styles sebagai laki-laki pertama yang tampil solo di cover Vogue US pada akhir 2020 lalu dengan menggunakan dress Gucci.
Kemudian dilanjutkan dengan London Fashion Week 2021 yang tampil menggabungkan gaya busana laki-laki dan perempuan.
Tak dapat dipungkiri, dalam kehidupan masyarakat peran gender sudah dibentuk dari hasil konstruksi secara sosial, termasuk mengenai cara perempuan harus bertindak dan berpakaian begitu pula dengan laki-laki.
Bahkan, peran gender ini sudah ditetapkan sejak lama dan menjadi norma dalam masyarakat dan fashion pun turut menjadi cara untuk menetapkan gender.
Lalu munculah sebuah tren genderless fashion yang membuat setiap orang memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya pada busana yang digunakan.
Dengan kata lain, kini stigma mengenai busana feminim dan maskulin pun semakin bergeser, sehingga baik laki-laki atau pun perempuan bebas mengenakan jenis pakaian apa pun.
Sederhananya, genderless fashion adalah memberikan konsumen kebebasan untuk memiliki jenis pakaia yang ingin dikenakan.
Kapan Tren Ini Muncul?
Meski tren ini baru mencuat pada tahun 2021 kemarin, nyatanya genderless fashion sudah muncul sejak awal abad ke-20.
Lebih tepatnya pada tahun 1970-an beberapa musisi mengenakan tren fashion itu seperti Annie Lenox, David Bowie, dan Prince.
Mengingat gaya fashion ini sangat awam bagi masyarakat, tentu saja tidak mudah diterima dan kerap dianggap tabu untuk digunakan, apalagi dipopulerkan.
Akhirnya, muncul gaya androgini fashion, yakni style dengan menggabungkan busana laki-laki dan perempuan untuk menjadi gaya yang khas.
Sementara di Indonesia sendiri genderless fashion mulai terserap, terlihat dari penggunaan hoodie, blazer oversized, dan kemeja flanel yang tidak lagi memandang gender.