Suara.com - Kecelakaan kereta api antara KA Turangga relasi Surabaya-Bandung dan KA Lokal Bandung Raya terjadi di Petak Jalan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Jumat (5/1/2024) pagi.
Kecelakaan tersebut terjadi pada pukul 06.03 WIB dan dikabarkan menewaskan tiga orang, termasuk masinis KA Lokal Bandung Raya. Sementara dari foto dan video yang beredar di media sosial, terlihat para penumpang selamat menyusuri area persawahan sambil membawa barang masing-masing.
Sontak peristiwa ini menjadi trending topic di linimasa, tak terkecuali di media sosial X. Sejumlah warganet bahkan menyoroti kemiripan musibah ini dengan Tragedi Bintaro yang menjadi salah satu kecelakaan transportasi paling buruk di Indonesia.
Baca Juga: Basarnas Gunakan Alat Ekstraksi untuk Evakuasi Korban Tabrakan Kereta Api di Bandung
Tragedi Bintaro terjadi pada 19 Oktober 1987 sekitar pukul 07.00 WIB, di mana sebanyak 139 orang meninggal dunia dan 254 lainnya mengalami luka-luka.
Kecelakaan kereta api ini melibatkan KA 220 Patas Merak relasi Tanah Abang-Merak dan KA Lokal 225 relasi Rangkasbitung-Jakarta Kota. Kedua kereta api terlibat adu banteng karena melintasi satu rel yang sama dari arah berlawanan.
Diketahui KA 225 Rangkasbitung-Jakarta Kota membawa sebanyak 1.887 penumpang, atau dengan kata lain ada kelebihan 200 persen dari kapasitas kereta api. Kala itu penumpang masih diperbolehkan menaiki atap kereta atau memenuhi gerbong kereta sampai padat.
Sedangkan KA 220 Tanah Abang-Merak membawa 478 penumpang berdasarkan catatan dari penumpang yang membeli atau membawa karcis. Kereta api ini berangkat dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Sudimara.
Perjalanan ini jelas mengagetkan petugas Stasiun Sudimara lantaran tiga jalurnya sudah terisi. Salah satunya adalah KA 225 Rangkasbitung-Jakarta Kota yang berhenti di Jalur 3 Stasiun Sudimara.
Baca Juga: Kronologi Tabrakan Maut KA Turangga Vs KA Bandung Raya, Disebut Mirip Tragedi Bintaro
Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Sudimara kemudian meminta persilangan kereta di Stasiun Kebayoran. Namun pergantian shift petugas PPKA di Stasiun Kebayoran membuat rencana tersebut terlambat dieksekusi.
Petugas sudah berusaha mengosongkan salah satu jalur kereta di Stasiun Sudimara, yakni dengan memindahkan KA 225 dari Jalur 3 ke Jalur 1. Namun upaya ini tidak sampai ke pihak masinis KA 225, Slamet Suradio.
Petugas sudah berusaha memberikan sinyal terompet, mengibarkan bendera, hingga menggerakkan kedua tangan, tetapi kondisi lokomotif yang juga dipenuhi banyak penumpang membuat masinis kesulitan melihat isyarat.
Kecelakaan antara KA 225 dan KA 220 pun tak terelakkan, apalagi karena saat itu rutenya adalah berupa tikungan S di KM 17+252 lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak yang pada masa itu masih didominasi perkebunan dengan semak belukar yang luas.