Suara.com - Lathifah Hanum, seorang dosen dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa peran generasi sandwich tidaklah mudah karena melibatkan pertimbangan antara dua generasi yang berbeda.
"Merawat anak-anak dan remaja berbeda dengan merawat lansia. Anak-anak dan remaja membutuhkan bimbingan orang tua untuk perkembangan dan kedewasaan mereka, sementara lansia memerlukan pendampingan dalam menjalani aktivitas sehari-hari," ujar Lathifah Hanum pada Kamis (4/1/2023).
Dia juga menekankan bahwa situasinya dapat menjadi lebih kompleks jika lansia yang dirawat menghadapi masalah kesehatan yang serius. Oleh karena itu, generasi sandwich perlu memberikan perhatian ekstra terhadap mereka.
"Generasi sandwich menghadapi berbagai tantangan, termasuk risiko mengalami stres dan kelelahan berlebihan jika tidak memiliki rencana yang baik untuk menanggapi tanggung jawab mereka. Lokasi tempat tinggal juga memiliki dampak yang berbeda," ungkapnya, dikutip via Antara.
Baca Juga: Buku Psikologi Perkembangan, Review Perjalanan Hidupmu yang Penuh Tuntutan
Hanum menyatakan bahwa mereka yang tinggal bersama dua generasi lainnya memiliki tanggung jawab sehari-hari yang lebih besar, seperti menyiapkan makanan bergizi, menjadi teman berbicara untuk kedua generasi, serta menangani rutinitas dan kewajiban pribadi.
Namun, dia menjelaskan bahwa bagi generasi sandwich yang tinggal terpisah dari orang tua mereka, mereka mungkin perlu memberikan dukungan finansial lebih besar sebagai bentuk kompensasi atas ketidakhadiran fisik mereka.
Lathifah menyatakan bahwa untuk berhasil menjalankan peran sebagai generasi sandwich, individu perlu melakukan persiapan yang cermat.
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh generasi sandwich, kata dia, kualitas relasi yang baik dengan orang tua maupun anak. Generasi sandwich harus membangun relasi yang positif dengan kedua generasi tersebut.
Mereka harus mampu berkomunikasi secara terbuka, sehingga berbagai kendala dapat dibicarakan bersama dan ditemukan solusinya. Selain itu, biasakan untuk mendiskusikan berbagai kendala agar masing-masing generasi memiliki kesempatan untuk berkontribusi terhadap penyelesaian masalah.
Baca Juga: Seru! Belajar Bersama Mahasiswa Baru di Foresthree Coffee Jambi
Inter-generational relationship atau hubungan antar-generasi sebenarnya memiliki banyak manfaat. Pada beberapa penelitian, kata dia, disebutkan masing-masing generasi memiliki kontribusi terhadap urusan rumah tangga.
Generasi sandwich bisa jadi sangat terbantu dengan kehadiran orang tua di rumah karena dapat membantu mengurus rumah tangga dan mengawasi anak-anak, saat mereka bekerja.
Beberapa studi di Asia Timur bahkan menunjukkan generasi sandwich lebih memilih untuk meninggalkan anak-anak mereka dengan orang tua agar mendapatkan pendidikan yang baik, terutama mengenai nilai-nilai dan budaya di dalam keluarga.
Sementara itu penelitian di Eropa dan Asia Tenggara menunjukkan generasi sandwich mendapatkan bantuan, terutama dalam hal finansial dari orang tua.
Generasi sandwich kerap jaki berperan sebagai pendamping bagi orang tua dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Fakta ini menegaskan bahwa generasi sandwich dapat menghadapi tantangan dengan baik selama mereka mempersiapkan diri dan mengelola tugas mereka dengan baik.
Lebih lanjut, dengan adanya komunikasi antara ketiga generasi tersebut, hubungan keluarga dapat diperkuat dan nilai-nilai positif dapat diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hasil survei yang dilakukan oleh CBNC Indonesia pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 48,7 persen dari masyarakat produktif Indonesia (usia 25–45 tahun) termasuk dalam kategori generasi sandwich.
Mereka memiliki tanggung jawab untuk memberikan dukungan kehidupan kepada diri mereka sendiri, orang tua, dan anak-anak mereka secara bersamaan. Bagi mereka yang tidak siap secara finansial atau mental, situasi ini dapat menimbulkan tekanan yang berpotensi mengurangi kesejahteraan psikologis.