Suara.com - Kabar duka datang dari negara Jepang, lantaran dalam dua hari pertama tahun 2024, Jepang diguncang dengan kejadian luar biasa sehingga membuat warga sekitar dalam keadaan darurat. Bencana alam gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,6 mengguncang kawasan pantai Laut Jepang hingga menyebabkan tsunami.
Ratusan rumah warga hancur dan rata dengan tanah, begitu pula dengan jalanan yang retak hingga banyak korban tewas di beberapa daerah.
Kasus gempa bumi di Jepang ini juga sempat membuat transportasi publik lumpuh dan banyak warga setempat kehilangan kontak dengan keluarga. Pemerintah Jepang pun juga sudah mengeluarkan peringatan dini atas potensi tsunami dengan perkiraan gelombang hingga 5 meter.
Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,6 terjadi di kawasan pantai Laut Jepangn tepatnya di prefektur Ishikawa dan Toyama pada Senin (1/1/2024) sekitar pukul 16.10 waktu setempat. Gempa bumi yang berpusat dengan jarak 10 mil atau 42 kilometer dari timur laut Anamizu di prefektur Ishikawa ini pun terjadi selama kurang lebih 1 menit.
Baca Juga: 5 Pasangan Artis Tanah Air yang Liburan Tahun Baru di Jepang, Ada Siapa Saja?
Meskipun negara Jepang menjadi salah satu negara dengan mitigasi gempa bumi tercanggih di dunia, namun hal ini tidak membuat Jepang bebas dari kejadian runtuhnya bangunan ataupun retaknya jalanan.
Beberapa kali gempa susulan terjadi namun tidak sekuat gempa pertama. Bencana ini menewaskan 62 orang di daerah Ishikawa. Pemerintah Jepang hingga kini masih mengevakuasi warga yang terjebak di daerah sekitar Ishikawa dan Toyama karena aliran listrik dan telekomunikasi sempat terputus selama 1 hari.
Jumlah Gempa Tak Bertambah Tapi Dampaknya yang Bertambah
Jika merasa belakangan ini kalau gempa bumi kerasa makin sering terjadi. Beberapa mungkin berpikir apa karena badan kita saja yang sensitif atau malah gempanya yang emang makin sering.
Siapa sangka kalau hal itu nggak hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan data dari United States Geological Survey (USGS), akhir-akhir ini ada sekitar 500.000 gempa bumi terjadi pertahun dan ternyara gempa sekitar segitu-gitu aja nggak bertambah.
Baca Juga: Ucie Sucita Dibully Gara-gara Dangdutan di Tenda Pengungsi, Niat Menghibur tapi Tak Tepat
Namun, nyatanya yang bertambah adalah jumlah gempa besar yang berdampak. USGS mengatakan kalau setiap tahunnya diprediksi ada sekitar 16 major earthquakes atau yang berada di atas magnitudo 7 SR tiap tahunnya.
Meski begitu, hal ini pun sudah sulit dipegang sebagai pedoman semenjak tahun 2010 di mana major earthquakes terjadi 23 kali.
Bangunan Rentan Jadi Tersangka
Meski kelihatannya banyak korban jiwa dalam gempa, tak sedikit terjadi karena bangunan rentan bukan gempa itu sendiri.
Gempa Jepang kemarin yang bisa dibilang sebagai major earthquakes terhitung telah termitigasi. Jumlah korban jiwa relatif kecil, ditambah lagi angka itu didorong oleh tsunami susulan.
Harus diingat baik-baik bahwasannya angka korban jiwa selalu bisa ditekaan dengan perencanaan dan teknik pembangunan yang tepat.
Kesimpulannya, ternyata frekuensi gempa tidak bertambah dan relatif segitu-gitu saja. Perbedaannya hanya dari intetitas makin kerasa dan makin berdampak. Salah satu alasannya ya karena makin banyak manusia dan bangunan.