Suara.com - Konflik antara pengungsi Rohingya dan warga Aceh meletus pada Rabu (27/12/2023) kemarin. Hal ini dipicu dengan kehadiran ratusan mahasiswa dari 3 perguruan tinggi yaitu Universitas Abulyatama, Universitas Al Washliyah, dan Bina Bangsa Getsempena yang awalnya melakukan demonstrasi di depan Gedung Balee Meuseuraya Aceh sekiar pukul 15.00 WIB.
Protes ini pun dilakukan untuk mendesak ratusan pengungsi Rohingya yang tinggal gedung tersebut untuk segera meninggalkan gedung. Pengusiran ini pun berakhir dengan aksi anarkis para mahasiswa yang geram melihat para pengungsi yang kerap meresahkan warga sekitar.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Simak inilah 6 fakta selengkapnya.
1. Kronologi protes mahasiswa
Sebelum protes besar-besaran ini terjadi, publik dihebohkan dengan aksi mogok makan para pengungsi Rohingya yang tinggal di Gedung Balee Meuseuraya Aceh beberapa waktu lalu.
Hal ini dipicu lantaran mereka menganggap pemerintah Indonesia memberikan tempat tinggal dan makanan yang tidak layak untuk mereka. Padahal, bantuan ini pun masih diberikan kepada mereka di tengah-tengah protes besar masyarakat Aceh atas kehadiran mereka.
Tingkah para pengungsi Rohingya yang melanggar norma dan agama pun memicu banyak konflik.
Geram dengan tingkah para pengungsi Rohingya tersebut, ratusan mahasiswa pun melakukan aksi protes di depan Gedung Balee Meuseuraya Aceh pada Rabu (27/12/2023) sekitar pukul 15.00 WIB dengan meminta kepada para pengungsi untuk segera meninggalkan gedung tersebut.
2. Mahasiswa geram dan geruduk gedung tempat pengungsian
Baca Juga: Sejarah Rohingya dan Konfliknya di Myanmar, Kini Diusir Paksa oleh Mahasiswa Aceh
Ultimatum ratusan mahasiswa ini pun seolah dihiraukan oleh para pengungsi Rohingya.