Suara.com - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan disebut mirip dengan Imam Mahdi. Hal itu diungkap oleh ulama sepuh bernama Abah Aos, guru spiritual perempuan bernama Eka Anugrah yang belakangan viral.
Diketahui Eka Anugrah yang merupakan bidan dan pengusaha itu menyumbang 100 unit mobil untuk tim pemenangan AMIN (Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar). Dia menyatakan dukungan pada Anies karena permintaan dari Abah Aos. Lantas siapa Imam Mahdi yang disebut oleh Abah Aos mirip seperti Anies Baswedan? Simak penjelasan berikut ini.
Siapa Imam Mahdi yang Diibaratkan Seperti Anies Baswedan?
Imam Mahdi adalah nama yang kemungkinan tak lagi asing di telinga umat Islam. Hal ini karena Imam Mahdi merupakan sosok yang banyak dikisahkan dan diterangkan bahwa kemunculannya menjadi salah satu tanda akan terjadinya kiamat.
Sosok Imam Mahdi diriwayatkan dalam berbagai hadits yang mengandung penegasan dari Nabi Muhammad SAW bahwa kemunculannya benar-benar diyakini dan tidak disangsikan sedikitpun. Kekuasaan Imam Mahdi sendiri diriwayatkan akan berlangsung selama 7 hingga 8 tahun lamanya.
Baca Juga: Agenda Kampanye Anies-Muhaimin Hari Ini Ke Jawa Timur, Berikut Jadwal Lengkapnya
Ada beberapa ciri-ciri fisik maupun sifat dari Imam Mahdi yang disebutkan dalam riwayat shahih. Dari segi fisik, Imam Mahdi adalah laki-laki yang memiliki hidung mancung, kening lebar, beralis tipis memanjang yang keduanya terpisah.
Mata Imam Mahdi hitam dan besar, pipinya ada tahi lalat hitam, gigi depan mengkilap, janggutnya tebal. Sementara itu wajahnya bersinar seperti bintang cemerlang. Di bagian pundaknya ada tanda seperti tanda kenabian.
Badan Imam Mahdi seperti orang Israel, warna kulit seperti orang Arab, kedua pahanya kurus dan saat berbicara nadanya agak berat. Umur Imam Mahdi ketika kemunculannya yakni di kisaran 30 sampai 40 tahun.
Dari segi sifat, Imam Mahdi khusyuk kepada Allah seperti khusyuknya burung nasar dengan sayapnya. Akhlak Imam Mahdi pun mirip nabi. Dia diriwayatkan akan bertemu dengan Isa bin Maryam dan diminta jadi imam ketika shalat bersama Nabi Isa.
Ada sejumlah tanda kedatangan Imam Mahdi antara lain:
Baca Juga: Baliho Bertebaran di Bali, Masyarakat Mulai Dukung Pasangan AMIN
- Sungai Eufrat akan tersedot atau terbelah hingga memperlihatkan gunung emas
- Akan terjadi gerhana bulan ketika awal malam bulan Ramadhan dan terjadi gerhana matahari pada malam pertengahannya. Dua peristiwa tersebut belum pernah terjadi sejak penciptaan bumi dan langit
- Munculnya tanduk Dzu as-Sinin yang memiliki dua ujung
- Terbitnya bintang berekor yang bercahaya
- Ada api besar menyala dari arah timur selama 3 atau 7 malam
- Langit menjadi gelap gulita
Sebut Anies Baswedan Ibarat Imam Mahdi
Abah Aos mengibaratkan Anies Baswedan seperti Imam Mahdi ketika acara manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani di Masjid Agung Cimahi Jawa Barat pada Sabtu (15/7/2023) lalu. "Siapa Imam Mahdi? Profesor doktor Anies Rasyid Baswedan, itu Imam Al Mahdi,” ucap Abah Aos.
Beragam tanggapan disampaikan masyarakat soal video viral Abah Aos itu. Para pendukung Anies sepakat dengan pernyataan Abah Aos, sedangkan sebagian lainnya menilai video tersebut hoaks.
Video tersebut diduga diedit sedemikian rupa sehingga seakan-akan Abah Aos mendukung Anies dalam Pilpres 2024. Padahal nyatanya Abah Aos tengah menjelaskan soal Dajjal dan Imam Mahdi.
Viralnya video Abah Aos tersebut ikut ditanggapi Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon. Sebagai pimpinan partai pendukung Anies dalam Pilpres 2024, Jansen mengaku tidak mengerti soal Imam Mahdi, termasuk Anies yang digadang sebagai Imam Mahdi.
Menurut Jansen, syarat seorang menjadi pemimpin harus didasarkan kepada ide dan gagasan serta mengerti persoalan dalam menghadapi tantangan bangsa di masa depan. "Aduh ampun, aku nggak ngerti-ngerti soal Imam Mahdi. Yang aku tahu melalui pemilu, kita mau milih pemimpin bangsa ini," tulis Jansen lewat akun X @jansen_jsp pada Senin (7/8/2023).
"Syaratnya menurutku dia harus punya ide-gagasan, pintar, ngerti persoalan yang akan dihadapi dan harus diselesaikan di bangsa kita yang sangat besar, komunal dan beragam ini dll," sambung dia.
Oleh karena itu menurut Jansen, narasi-narasi tersebut tidak perlu digaungkan untuk menguatkan tokoh-tokoh yang diusung. "Untuk itu jika pun harus menilai seseorang pantas tidak jadi pemimpin, kita pakai 'parameter dunia' sajalah yang terukur, terlihat dan bisa dinilai. Tidak perlu pakai 'parameter langit' segala dengan berbagai istilah dan julukan yang aneh-aneh," ungkap dia.
"Titisan dewalah, titisan inilah dll, Titisan imam inilah, imam itulah dll yang tidak bisa diverifikasi. Seperti tidak ada lagi saja yang bisa dijual dari kandidat yang kita dukung itu. Aku pribadi tidak setuju dan melarang hal-hal yang beginian," imbuh Jansen.
Kontributor : Trias Rohmadoni