Suara.com - Menjelang perayaan Natal, biasanya muncul perdebatan terkait apakah umat Islam boleh mengucapkannya kepada kaum Nasrani. Hal ini karena mereka yang tidak mengucapkan Selamat Natal dianggap tidak toleransi beragama kepada kaum Nasrani.
Namun, di sisi lain, dalam ajaran Islam disebutkan kalau mengucapkan ‘Selamat Natal’ adalah haram. Oleh sebab itu, bentuk toleransinya yaitu dengan membiarkan umat Kristen merayakan Natal sesuai ajarannya.
Namun, sebenarnya bagaimana bentuk toleransi yang sesungguhnya, terutama dalam mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani.
Menanggapi hal ini, Buya Yahya menjelaskan, toleransi yang sesungguhnya adalah saling menghargai tanpa memaksa. Misalnya, ketika Idul Fitri, umat Islam tidak boleh memaksa kaum Nasrani merayakannya. Hal ini karena itu memang tidak wajib bagi mereka.
Baca Juga: Cegah Teror Malam Natal, Polres Jakarta Barat Gandeng Gegana Lakukan Sterilisasi Gereja
“Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikutin kamu. Jadi gara-gara toleransi salah dalam penerapannya. Contohnya gini, toleransi kalau hari raya Idul Fitri, Anda jangan paksa karyawan Nasrani untuk ucapkan ‘Selamat Hari Raya’ atau memberikan bingkisan, kan begitu mestinya. Seperti pengajian, orang Nasrani tidak wajib,” kata Buya Yahya dalam video yang diunggah di kanal Youtube Al-Bahjah TV, beberapa waktu lalu.
Dengan demikian toleransi itu tidak adanya paksaan, termasuk mengucapkan Natal. Buya Yahya menjelaskan, mengapa umat Muslim tidak mengucapkannya karena Natal adalah perayaan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, sementara dalam ajaran Islam Isa AS adalah nabi.
“Apa sih artinya mengucapkan ‘Selamat Natal’? Mengucapkan itu artinya merayakan kelahiran Yesus yang Tuhan bagi umat Nasrani. Jadi kalau kita (umat Islam) jangan pusing karena di Nabi Isa bukan Tuhan bagi umat Islam.
Oleh sebab itu, dari ajaran berbeda ini, seharusnya sudah paham mengapa umat Islam tidak merayakan Natal. Buya Yahya menuturkan, hal ini bukanlah sebuah masalah. Pasalnya, umat Nasrani juga tidak masalah jika orang Islam tidak mengucapkannya.
“Jadi kalau mengatakan haram bukanlah sebuah masalah, justru yang mempermasalahkan orang Islam yang ngaco. Orang Nasrani tidak masalah kalau Islam tidak mengucapkan Natal,” sambungnya.
Baca Juga: Makan KFC saat Natal, Ini 5 Tradisi Unik Perayaan Natal di Berbagai Negara
Dengan demikian, saling menghargai kepercayaan tanpa memaksa itu yang dinamakan toleransi. Umat Islam tidak boleh memaksa orang Kristen merayakan Idul Fitri dan perayaan lainnya. Di sisi lain, umat Nasrani juga tidak boleh memaksa orang Kristen mengucapkan Natal untuknya.
Sementara untuk hal yang wajib sendiri yaitu, saling membantu. Buya Yahya mengatakan, jika umat Nasrani kesulitan, maka orang Islam wajib membantunya. Hal ini juga berlaku sebaliknya.
“Dalam Islam gak ada toleransi adanya kewajiban, misalnya tetangga sakit kita wajib ngasih, tetangga Nasrani yang sakit, kita wajib kasih makan, kasih obat, tetangga Nasrani yang lapar kita wajib kasih maka, itu bukan toleransi tapi kewajiban,” jelasnya.