Salah satu contoh praktik youthwashing di Indonesia terjadi pada bulan Oktober 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Invesatasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam pidato di agenda Climate Leaders Message, ia meminta anak muda untuk berkarya dalam bidang lingkungan hidup karena ini masalah yang serius.
Padahal sudah banyak peran anak muda dalam merespons ancaman krisis iklim. Mulai dari pembentukan organisasi edukasi, komunitas advokasi, hingga implementasi model bisnis berkelanjutan.
Pemerintah tampaknya sudah terlalu banyak meminta dari para pemuda tanpa mau menengok lebih jauh aksi dan mendengar solusi apa yang mereka tawarkan untuk menjawab persoalan ini.
Dampak Ancaman Perubahan Iklim
Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), pada Februari tahun 2022 telah memberi peringatan keras kepada umat manusia akan dampak pemanasan global yang semakin nyata dan waktu untuk mencegahnya semakin sempit.
Laporan itu disusun badan ilmuwan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada rentang tahun 2030-2045, peningkatan suhu Bumi berpotensi melampaui 1,5 derajat celcius atau batas yang tidak aman lagi bagi manusia.
Jika 8 tahun ke depan tidak ada langkah serius untuk menghentikan laju pemanasan global, maka prediksi kenaikan suhu Bumi akan semakin cepat. Dampaknya, dunia akan mengalami krisis pangan, banjir besar, kekeringan, kebakaran, hutan, kematian massal, hingga kepunahan spesies besar.
Baca Juga: Akui Oposisi Penting, Anies: Tapi Kekuatannya Tak Lebih Besar dari Pemerintah Agar Bisa Gol