Kisah Ghufron, Petani Kacang Tanah yang Berjuang Hasilkan Panen Berkualitas di Tengah Cuaca Panas Ekstrem

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 21 Desember 2023 | 16:25 WIB
Kisah Ghufron, Petani Kacang Tanah yang Berjuang Hasilkan Panen Berkualitas di Tengah Cuaca Panas Ekstrem
Ilustrasi Petani Desa (Pexels.com/Quang Nguyen Vinh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cuaca panas dan kemarau kering yang melanda sejumlah wilayah Indonesia sepanjang tahun 2023 menjadi tantangan bagi sektor pertanian. Pasalnya, ketergantungan produktivitas pertanian di Indonesia terhadap kondisi musim dan cuaca sangat tinggi.

Tantangan lainnya yaitu daya serap off-taker yang mengalami penurunan sehingga hasil panen pertanian tidak terserap maksimal yang mengakibatkan para petani mengalami kerugian.

Mengutip Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa Juni hingga Agustus 2023 merupakan tiga bulan terpanas sepanjang sejarah dan bulan Juli menjadi bulan yang paling panas.

Petani kacang. (Dok. Istimewa)
Petani kacang. (Dok. Istimewa)

Gelombang panas (heatwave) pun terjadi di banyak tempat secara bersamaan. Bahkan bulan Desember yang identik dengan musim hujan, tidak dirasakan oleh masyarakat Indonesia terutama di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa yang cenderung dilanda suhu panas dan cuaca terik.

Fenomena yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini, menjadikan tahun 2023 sebagai tahun dengan musim kemarau kering dan terpanas sepanjang sejarah.

Meskipun demikian, para petani kacang tanah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengaku masih mendapatkan keuntungan di masa tanam ketiga ini lantaran salah satu pabrik pengolahan kacang tanah di wilayah mereka menyerap hasil panen di sepanjang tahun 2023.

Para petani juga merasakan hasil panennya lebih baik dari pada tahun sebelumnya baik secara kuantitas dan kualitas.

Seperti yang dirasakan oleh Ghufron (38), petani kacang tanah asal Desa Keboromo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ghufron bersyukur kacang tanah yang ditanamnya bisa membuahkan hasil dan dibeli dengan harga jual yang bagus meski di tengah musim kemarau kering yang melanda wilayahnya.

“Tahun ini saya berhasil panen kacang tanah sekitar 3,6 ton, di mana harga komoditas tersebut juga terbilang bagus di tahun ini. Saya bersyukur hasil panen diserap dengan harga yang bagus dari pabrik besar pengolahan kacang tanah seperti Garudafood,” ungkap Ghufron.

Baca Juga: Berkat KUR BRI, Klaster Jaring Apung Kini Menjadi Penopang Kebutuhan Hidup Desa Margalaksana

Walaupun beberapa petani kacang sempat mengalami over supply, ia merasa terbantu karena Garudafood tidak pernah menghentikan aktivitas penyerapan hasil panen kacang tanah selama satu tahun penuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI