Fuji Mengaku Berat Badannya Turun 2 Kilo dalam 5 Hari karena Pengobatan ADHD

Dinda Rachmawati Suara.Com
Senin, 18 Desember 2023 | 20:55 WIB
Fuji Mengaku Berat Badannya Turun 2 Kilo dalam 5 Hari karena Pengobatan ADHD
Fuji (Instagram/fuji_an)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fujianti Utami alias Fuji baru-baru ini mengaku jika dirinya kehilangan berat badan sebanyak 2kg selama lima hari karena meminum obat dari psikiater atas gangguan mental ADHD (Attention deficit hyperactivity) yang dideritanya. 

Baru-baru ini, dalam live Tiktok bersama yeman-temannya, Fuji membuat sebuah pengakuan mengejutkan. Pasalnya, mantan kekasih Thariq Halilintar tersebut mengidap ADHD.

Menurut Fuji, ADHD yang dideritanya saat ini cukup memengaruhi kesehariannya. Wanita 21 itu mengungkap jika ia sering merasa tidak bisa fokus, hiperaktif, hingga tidak beraturan karena sering menabrak sesuatu saat berjalan. 

"Nggak, jadi kan gue ceritain lah ya, bodo amat bukan aib ini. Nggak, jadi kan gue kayak nggak bisa fokus kan tuh yang ADHD itu tuh," tutur dia saat bercerita dengan temannya saat Live, dikutip dari TikTok @awii_utii, Senin (18/12/2023).

Baca Juga: Lesti Kejora Unggah Foto Keakraban Bareng Aaliyah Massaid, Fans Fuji Berang Kasih Komentar Ini

"Gue kan nggak bisa fokus kan, kayak jadi budeklah, nggak bisa fokuslah, kayak hyperaktif, yang kayak nyeruduk sana-sini, nabrak sana-sini," kata dia lagi. 

Saat ini, Fuji mengatakan jika dirinya tengah menjalani pengobatan ke psikiater meminum obat yang telah diresepkan, hingga mulai membawa perubahan pada dirinya.

Namun, efek sampingnya adalah memengaruhi nafsu makannya hingga ia harus kehilangan 2kg berat badannya dalam kurun waktu 5 hari.

"Aku udah turun 2 kilo dalam waktu lima hari. Terus akhirnya aku dikasih obat guys oleh psikiater. Aku dikasih obat, nah side effectnya dari obat itu bikin nggak nafsu makan," ucapnya.

"Aku bilang, haha ga mungkin kok dok, nggak mungkin saya nggak nafsu makan. Gue gituin, gue underestimate," ceritanya lagi.

Baca Juga: Gaji Asnawi Mangkualam vs Fuji Per Bulan, Siapa Lebih Tajir?

Saat mengonsumsinya, Fuji mengatakan jika dirinya sudah bisa lembih fokus, bahkan ia juga sudah menjadi multitasking, bisa ngobrol sambil membalas chat seseorang. Sayangnya sejak saat itu, nafsu makannya jadi berkurang.

"Gue makan tuh obat. Guebjadi multitasking, gue bisa bales chat orang sambil sambil ngobrol sama orang. Ih dari kemarin tuh gue pinter sebenernya. Gue dr kemarin tuh jadi kayak nggak nafsu makan," pungkasnya.

Pengobatan ADHD

Potret Fuji Kenakan Gaun Pengantin (Instagram/photo by @artizstudio.jakarta)
Potret Fuji Kenakan Gaun Pengantin (Instagram/photo by @artizstudio.jakarta)

Dikutip Halodoc, langkah pengobatan ADHD pada dewasa tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pengidap. Terkadang mereka menjalani kombinasi obat-obatan dan psikoterapi guna memaksimalkan dan mempercepat proses penyembuhan.

Obat bekerja sebagai stimulan guna menurunkan tingkat keparahan gejala. Efek sampingnya cenderung ringan dan jarang dialami. Namun, risiko efek samping akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Dua kategori obat yang diresepkan adalah amfetamin dan methylphenidate. Kedua jenis obat ini bekerja dengan meningkatkan perhatian. Caranya dengan mengubah cara kerja dopamin dan norepinefrin.

Dopamin merupakan zat kimia dalam otak yang menimbulkan sensasi menyenangkan. Sementara norepinefrin adalah obat yang bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Efek samping penggunaan obat yang umum dialami, antara lain insomnia, penurunan nafsu makan, gangguan kecemasan, dan sakit kepala. Karena itu, pemberian dosis umumnya dimulai dari tingkat rendah yang dinaikkan secara bertahap.

Tak hanya itu, obat juga bisa meningkatkan tekanan darah atau detak jantung. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala sangat disarankan saat proses pengobatan berlangsung.

Seperti diketahui, ADHD termasuk ke dalam jenis gangguan mental. Meski umumnya dialami oleh anak-anak, orang dewasa juga rentan mengalaminya.

Ini dipicu oleh gangguan perkembangan saraf. Pengidap akan mengalami penurunan atensi, disorganisasi, impulsif dan hiperaktif. Sebanyak 2.5 persen populasi orang dewasa di dunia mengalaminya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI