Sering Sulit Fokus dan Hiperaktif, Fuji Mengaku Mengidap Gangguan Mental ADHD: Bisa Sembuh?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Senin, 18 Desember 2023 | 12:45 WIB
Sering Sulit Fokus dan Hiperaktif, Fuji Mengaku Mengidap Gangguan Mental ADHD: Bisa Sembuh?
Fuji di Indonesian Music Awards 2023 (Instagram/@fuji_an)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fujianti Utami alias Fuji membuat sebuah pengakuan mengejutkan tentang masalah kesehatan baru-baru ini. Pasalnya, mantan kekasih Thariq Halilintar tersebut mengidap gangguan mental ADHD

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yang memengaruhi kesehariannya. Fuji mengungkap jika dirinya sering tidak bisa fokus, hiperaktif, hingga tidak beraturan karena sering menabrak sesuatu saat berjalan. 

"Nggak, jadi kan gue ceritain lah ya, bodo amat bukan aib ini. Nggak, jadi kan gue kayak nggak bisa fokus kan tuh yang ADHD itu tuh," tutur dia saat bercerita dengan temannya saat Live, dikutip dari TikTok @awii_utii, Senin (18/12/2023).

"Gue kan nggak bisa fokus kan, kayak jadi budeklah, nggak bisa fokuslah, kayak hyperaktif, yang kayak nyeruduk sana-sini, nabrak sana-sini," kata dia lagi.

Baca Juga: Balas Komentar Julid, Warganet Curiga Ponsel Thariq Halilintar Dipegang Aaliyah Massaid

Saat ini, Fuji mengatakan jika dirinya tengah menjalani pengobatan ke psikiater meminum obat yang telah diresepkan, hingga mulai membawa perubahan pada dirinya.

Dikutip Halodoc, ADHD adalah istilah medis untuk gangguan mental berupa perilaku impulsif dan hiperaktif. Gejala ADHD membuat anak-anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu. 

Meski lebih rentan terjadi pada anak, gejala yang muncul bisa bertahan hingga usia remaja bahkan dewasa. Ini dipicu oleh gangguan perkembangan saraf. 

Pengidap akan mengalami penurunan atensi, disorganisasi, impulsif dan hiperaktif. Sebanyak 2.5 persen populasi orang dewasa di dunia mengalaminya. ADHD terbagi menjadi 3 subtipe, yaitu:

OOTD Fuji Kenakan Sweater dan Hoodie Oversized (Instagram)
OOTD Fuji Kenakan Sweater dan Hoodie Oversized (Instagram)

1. Dominan hiperaktif-impulsif. Tipe ini biasanya muncul dengan masalah hiperaktivitas bersamaan dengan perilaku impulsif.  

Baca Juga: Hitungan Weton Asnawi Mangkualam dengan Fuji: Tidak Berjodoh dan Bisa Sering Bertengkar karena Perselingkuhan

2. Dominan inatentif. Tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian penuh pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak bisa memperhatikan dengan baik. 

3. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif. Jenis ini menunjukkan ciri hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.

Gejala ADHD Dewasa

Adapun tanda ADHD dewasa yang perlu diwaspadai:

1. Sulit fokus. Pengidap menjadi mudah terdistraksi, sulit memperhatikan omongan orang lain dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan yang sedang dilakukan.

2. Hiperfokus. Ini membuat pengidap lupa waktu dan mengabaikan orang-orang di sekitar. Dampaknya, memicu kesalahpahaman hubungan dengan orang lain.

3. Hidup tidak teratur. Mereka kesulitan mengingat tempat penyimpanan barang. Pengidap juga tidak memiliki kemampuan dalam mengelola keterampilan mengorganisasikan barang pribadinya.

4. Impulsif. Pengidap sering bertindak tanpa berpikir atau bereaksi tanpa mempertimbangkan konsekuensinya setelahnya. 

5. Sulit mengelola emosi. Mereka tidak bisa mengelola emosi, kemarahan dan rasa frustasi. Emosi cenderung meledak-ledak dan tidak bisa menerima kritik atau saran dari orang lain.

Mengatasi ADHD Dewasa

ADHD adalah gangguan kejiwaan yang memengaruhi fungsi otak dan perilaku. Kondisi ini tidak dapat dicegah maupun disembuhkan, tetapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani gejala ADHD.

Langkah pengobatan tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pengidap. Terkadang mereka menjalani kombinasi keduanya guna memaksimalkan dan mempercepat proses penyembuhan.

1. Obat-obatan

Obat bekerja sebagai stimulan guna menurunkan tingkat keparahan gejala. Efek sampingnya cenderung ringan dan jarang dialami. Namun, risiko efek samping akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Dua kategori obat yang diresepkan adalah amfetamin dan methylphenidate. Kedua jenis obat ini bekerja dengan meningkatkan perhatian. Caranya dengan mengubah cara kerja dopamin dan norepinefrin.

2. Psikoterapi

Psikoterapi ini dilakukan dengan mengombinasikan terapi perilaku dan terapi kognitif. Keduanya bertujuan mengubah pola pikir dan respons pengidap, sehingga pikiran negatif bisa berubah menjadi lebih positif.

Prosedurnya dapat dilakukan dalam sesi personal atau berkelompok bersama anggota keluarga. Ini juga bisa dilakukan bersamaan dengan orang yang memiliki masalah serupa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI