Dokter Ungkap Belum Ada Kesepakatan Ilmiah Tentang Bahaya BPA Pada Manusia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Minggu, 17 Desember 2023 | 10:02 WIB
Dokter Ungkap Belum Ada Kesepakatan Ilmiah Tentang Bahaya BPA Pada Manusia
Ilustrasi dokter. (Freepik/pressfoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga kini, Bisfenol A (BPA) masih belum diuji terhadap manusia, sebagian besar percobaannya dilakukan pada hewan dan in vitro, sulit diterapkan langsung pada manusia karena perbedaan metabolisme dan sel.

Menurut dr. Karin Wiradarma dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), BPA aktif dianggap berpotensi membahayakan karena bisa mengganggu hormon estrogen yang berpotensi menyebabkan kanker. Namun, mayoritas BPA yang masuk ke tubuh manusia akan diubah menjadi tidak aktif oleh hati dan dikeluarkan melalui urin atau feses.

“Jadi, yang berbahaya itu adalah BPA aktif. Sementara, sebagian besar BPA yang masuk ke dalam tubuh manusia itu akan dimetabolisme di dalam hati menjadi tidak aktif dan akan dibuang melalui urin maupun feses,” ujarnya.

Studi luar negeri menyoroti potensi BPA menyebabkan gangguan perkembangan saraf, obesitas, serta penyakit kardiovaskular, namun hasilnya masih pada hewan percobaan dan in vitro. Meskipun ada klaim BPA berpotensi menyebabkan infertilitas pada wanita atau kelahiran prematur, penelitian belum mengkonfirmasi kausalitasnya.

Baca Juga: Klaim Iklan 'Bebas BPA' Dinilai Membingungkan Masyarakat, Mengapa?

Ilustrasi Peneliti Perempuan (Pixabay/Jarmoluk)
Ilustrasi Peneliti Perempuan (Pixabay/Jarmoluk)

Dr. Karin menegaskan bahwa studi yang menyatakan BPA berbahaya masih terbatas pada observasi, metode tidak seragam, dan belum menarik kesimpulan yang valid terkait hubungan kausalitasnya.

“Jadi, di laboratorium dan studi pada manusia sendiri masih terbatas, dan itu derajatnya masih studi observasional atau pengamatan. Studi tersebut juga dilakukan masih tidak seragam berdasarkan metodologinya. Kriteria eksklusinya dan skornya nilainya masih rendah karena masih belum seragam, sehingga belum dapat ditarik kesimpulan yang valid mengenai hubungan kausalitasnya,” kata dr. Karin.

Mengenai studi yang mengatakan BPA sebagai penyebab terjadinya infertilitas bagi perempuan, menurut dr.Karin, studi ini tidak signifikan. Karena, menurutnya, banyak sekali faktor-faktor lain yang memicu infertilitas.

“Penyebab infertilitas bagi perempuan ini belum digali lagi secara mendalam. Jadi, masih belum dapat ditemukan hubungan kausalitasnya dan belum bisa disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara BPA dengan infertilitas pada wanita,” tukasnya.

Meskipun banyak isu negatif terkait BPA, dr. Karin menegaskan bahwa penggunaannya dalam kemasan makanan masih dianggap aman oleh badan dunia, termasuk Indonesia. Ia menegaskan bahwa belum ada penelitian dengan desain yang ideal dan kuat yang dapat memastikan hubungan langsung antara BPA dan dampak negatifnya pada manusia. Sebagian besar penelitian masih terbatas pada hewan percobaan dan observasi.

Baca Juga: Selvi Ananda Sarankan Ibu Beri Susu Formula ke Anak Agar Tidak Stunting, Dokter Anak: ASI dan Makanan Pendamping Cukup

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI