Suami Kasih Semua Uang ke Istri, Martabat Kepala Keluarga Jadi Turun? Ini Kata Pakar Ekonomi Syariah

Jum'at, 15 Desember 2023 | 06:24 WIB
Suami Kasih Semua Uang ke Istri, Martabat Kepala Keluarga Jadi Turun? Ini Kata Pakar Ekonomi Syariah
Ilustrasi suami memberikan nafkah ke istri. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sering terjadi perdebatan di media sosial soal suami kasih semua penghasilannya ke istri, dianggap bisa menurunkan kedudukan sebagai pemimpin keluarga. Kira-kira, kalau dari sudut pandang ekonomi syariah seperti apa ya?

Dijelaskan Pakar Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Muhammad Maksum dalam hukum syariah tidak diatur secara detail kelola keuangan dalam rumah tangga, hanya membahas tentang zakah, sadaqah dan kewajiban suami memberikan nafkah istri serta anak-anaknya.

"Syariah itu mengatur bagian-bagian tertentu. Contohnya di syariah itu bicara tentang wajib zakat. Kemudian kedua, syariah mengatakan seorang istri tidak boleh memanfaatkan atau menggunakan uang suaminya tanpa izin. Seorang suami tidak boleh membelanjakan semua uangnya sendiri tanpa rembutan istri," ujar Prof. Maksum di ICE BSD, Tangerang beberapa waktu lalu.

Ilustrasi suami memberikan nafkah ke istri. (Pixabay)
Ilustrasi suami memberikan nafkah ke istri. (Pixabay)

Prof. Maksum menjelaskan, karena tidak dijelaskan secara detail dalam islam, maka mengelola keuangan harus disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan masing-masing suami istri. Apalagi ada suami yang lebih pintar mengatur uang daripada istri, atau sebaliknya sehingga bisa didiskusikan demi kebaikan dalam rumah tangga.

Baca Juga: Ria Ricis Kepergok Komentar Singgung Suami Tak Beri Nafkah, Bagaimana Hukumnya Dalam Islam?

"Itu tergantung seorang istri yang pandai mengatur uang ya nudah kasih aja ke istrim Kalau istrinya mantan financial planner dia mantan bendahara. Tapi coba kalau istrinya megang uang aja belum pernah (lebih sulit atur uang," jelas Prof. Maksum.

Pakar yang juga Manajer Sertifikasi di LSP MUI (Lembaga Sertifikasi Profesi Majelis Ulama Indonesia) itu menegaskan jika suami menyerahkan semua uangnya ke istri untuk dikelola, tidak lantas menurunkan martabat lelaki sebagai pemimpin keluarga. Apalagi keluarga ibarat sebuah negara kecil, yang perkembangannya harus dicapai dengan diskusi dan komunikasi.

"Loh Nabi Muhammad SAWitu bukan hanya pemimpin istri, tapi pemimpin negara. Tapi kita kok menjahit baju, kan bisa nyuruh (istri) dong. Ini Nabi ingin memberikan contoh, saya itu pemimpin. Tapi dalam hal-hal pekerjaan rumah tangga saya juga ingin membantu," beber Prof. Maksum.

Ilustrasi Rumah Tangga. (pexels.com/@gabby-k)
Ilustrasi Rumah Tangga. (pexels.com/@gabby-k)

"Hidup dalam rumah tangga itu, hidup seperti sosial tapi dalam lingkup yang kecil. Negara harus ada pemimpin, tapi negara presiden nggak boleh menentukan semuanya. Dia harus terembukan dengan DPR, menterin keluarga. Jadi kita ini keluarga, siapa yang jadi pemimpin? Suami," lanjutnya.

Prof. Maksum juga menyayangkan saat ini masih banyak stigma anggapan suami tidak boleh gendong anak atau membantu urusan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, menyapu dan sebagainya. Padahal kata Prof. Maksum dalam islam jelas tidak ada aturan seperti itu, karena Nabi Muhammad SAW sebagai panutan terbaik umat islam tetap bermain dan menggendong cucunya.

Baca Juga: Kepergok Komentari Konten tentang Istri Ngemis Nafkah ke Suami, Ria Ricis: Harusnya Suami Tahu Kewajiban

"Pernah nggak Nabi itu direcokin sama cucu-cucunya? Sering. Artinya apa? Nabi Nabi itu juga merawat dan bermain dengan cucu. Di masyarakat itu ada yang aib loh ngomong anak. Seorang suami gendong anak itu aib loh. Padahal, kalau dalam salat aja nabi membolehkan cucunya main, apalagi dalam kehidupan sehari-hari," pungkas Prof. Maksum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI