Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan, Babak Baru Teknologi Masa Depan

Ririn Indriani Suara.Com
Sabtu, 09 Desember 2023 | 16:15 WIB
Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan, Babak Baru Teknologi Masa Depan
Ilustrasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terciptanya hubungan kemitraan manusia dengan mesin kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) seakan menjadi penanda yang membuka babak baru perkembangan zaman. Kemitraan ini bahkan dipercaya mampu membawa manusia untuk melampaui kemampuannya saat ini.

Memahami hal tersebut, Universitas Prasetiya Mulya mengajak para lulusannya untuk memasuki babak baru era kolaborasi manusia dengan mesin kecerdasan buatan (AI) dan memanfaatkannya sebagai mitra dalam meraih masa depan gemilang, melalui acara wisuda bertema “Into the Age of Human-Machine Companionship” yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, belum lama ini.

Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, Edwin Soeryadjaya, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi seperti revolusi di bidang science, technology, engineering, dan mathematics atau STEM melahirkan sumber energi baru dan terbarukan.

Sumber energi baru dan terbarukan tersebut, lanjut dia, di antaranya genome editing technologies, Artificial Intelligence (AI), Quantum Computing dan Blockchain, merupakan suatu tanda bahwa dunia terus bergerak maju dengan cepat.

Baca Juga: Biodata Nike Ardilla: Muncul Duet dengan Melly Goeslaw Lewat AI, Mendiang Lady Rocker Obati Kerinduan Fans

“Meskipun reaksi terhadap teknologi tersebut bisa beragam, kita harus melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai. Saya berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, UPM kembali menjadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia. Jika kita terbuka dan siap menerima perubahan ini, maka akan ada ruang bagi kemajuan pribadi dan kolektif. Inilah perubahan yang datangnya dari sumber internal, dari diri kita sendiri,” jelas Edwin.

Sementara itu, Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III, Noviyanto., S.T., MMSI. yang juga hadir pada acara wisuda tersebut mengatakan bahwa Indonesia telah menetapkan tujuan jangka panjang pada 2045, yaitu menjadi Indonesia emas saat usia negara ini menginjak usia 100 tahun.

“Dalam upaya meraih tujuan tersebut, para lulusan harus memiliki keunggulan komparatif agar mampu bersaing di kancah nasional dan internasional," jelasnya.

Kemampuan tersebut harus dikembangkan tidak hanya dalam bidang akademis namun juga pengembangan kemampuan sosial dan soft skills.

"Mari kita terus tingkatkan kualitas diri, untuk menghadapi tantangan dan peluang dimasa yang akan datang karena rekan sekalian adalah generasi yang dapat menentukan masa depan bangsa dengan cara yang kreatif dan inovatif,” terang Noviyanto.

Baca Juga: Review Lagu MAVE 'What's My Name', Comeback Perdana dari Grup Idol AI

Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak, dalam pidato penutupannya menyampaikan bahwa sejatinya menjadi manusia adalah pelajaran abadi. Di era AI kita harus mampu bersaing karena kita adalah manusia yang tangguh sejak ratusan tahun lalu dengan otak yang memiliki kemampuan luar biasa. (Foto: Istimewa)
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak, dalam pidato penutupannya menyampaikan bahwa sejatinya menjadi manusia adalah pelajaran abadi. Di era AI kita harus mampu bersaing karena kita adalah manusia yang tangguh sejak ratusan tahun lalu dengan otak yang memiliki kemampuan luar biasa. (Foto: Istimewa)

Di kesempatan yang sama, Prof. Stella Christie dari Tsinghua University yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia menjelaskan bahwa di era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI) dengan revolusi yang dihadirkan, ketakutan adalah hal yang perlu dirasakan.

"Ketakutan di sini bukan berarti hal yang tidak baik, justru ketakutan ini menyadarkan akan ada persaingan. Ketakutan itu harus disertai kesadaran, bahwa walaupun sangat membantu ternyata kecerdasan buatan (AI) tidak sepintar yang kita pikirkan," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Prof Stella, kita harus memiliki pedoman yang dapat membuat kita bersaing sukses melalui kemampuan yang tidak dimiliki oleh AI.

Jika hanya memiliki kemampuan yang dimiliki AI maka kita akan tertinggal dan tak dapat bersaing ke depannya. Kemampuan yang harus dimiliki tersebut, kata Prof Stella, yang pertama adalah human focus skill dimana inilah letak esensi kita sebagai manusia, karena secanggih-canggihnya nya AI, mereka tetap harus dioperasikan oleh manusia.

Yang kedua adalah system thinking karena AI tidak dapat berfikir secara sistematis dan hanya didasari oleh data, sedangkan manusia bisa berpikir secara sistematis.

“Saya berharap Anda tetap harus memiliki dan mengingat kedua pedoman ini agar bisa sukses bersaing di era kecerdasan buatan (AI),” jelas Prof Stella.

Pada wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya melepas 1.281 lulusan terbaiknya yang berasal dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies, dan School of Business and Economics.

Masih sama dengan tahun sebelumnya, selain predikat Cum Laude, Prasetiya Mulya juga memiliki penghargaan bagi para wisudawan dengan kategori Best Academic in Program, Best of the Best Achievement, Best Academic Achievement in undergraduate program, Best of LEAMICA, Best Contributor in Community Development, STEM Graduate Award, dan Best Women in STEM Graduate.

Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak dalam pidato penutupannya menyampaikan bahwa di era AI kita harus mampu bersaing karena kita adalah manusia yang tangguh sejak ratusan tahun lalu dengan otak yang memiliki kemampuan luar biasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI