8 Fakta Anak SD di Sukabumi Dibully sampai Patah Tulang, Ortu Pelaku Diduga Terlibat

Jum'at, 08 Desember 2023 | 15:48 WIB
8 Fakta Anak SD di Sukabumi Dibully sampai Patah Tulang, Ortu Pelaku Diduga Terlibat
ilustrasi perundungan (pexels/Mikhail Nilov)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Seorang pelajar sekolah dasar (SD) di Kota Sukabumi, Jawa Barat menjadi korban perundungan (bullying) rekan sekolahnya. Akibatnya, tangan kanan korban yang masih duduk di bangku kelas 3 SD tersebut mengalami patah tulang.

Bahkan diketahui, berdasarkan unggahan dari akun X (Twitter) @seeksixsuck menyebutkan bahwa perundungan tak hanya dilakukan oleh sesama anak tetapi juga melibatkan orang tua pelaku. Orang tua pelaku turut menyiksa siswa SD swasta berinisial L (9) tersebut hingga mengalami patah tulang.

Tak hanya itu, pengacara Mellisa Anggraini melalui akun X @MellisA_AN juga menjelaskan kronologi dan fakta-fakta terkait dengan kasus kekerasan terhadap anak di Sukabumi tersebut.

Lantas, seperti apakah fakta anak SD di Sukabumi dibully sampai patah tulang? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Baca Juga: Viral Bocah SD di Sukabumi Diduga Dibully sampai Patah Tulang, Ortu Pelaku Disebut Ikut Siksa Korban

1. Orang Tua Pelaku Diduga Berpengaruh

Orang tua pelaku diduga merupakan orang yang memiliki pengaruh di Sukabumi. Orang tua pelaku disebut-sebut merupakan pemilik sebuah rumah sakit yang ada di Sukabumi, pemilik bengkel, dan bisnis lain. 

Dengan pengaruh yang dimilikinya tersebut, orang tua pelaku diduga ikut serta menyiksa L setelah L dibully oleh anaknya di sekolah.

2. Pihak Sekolah Diduga Tutupi Kasus

Pihak sekolah disebut-sebut turut serta untuk menutupi kasus ini karena orang tua dari pelaku merupakan orang yang berpengaruh di Sukabumi. Bahkan, saat kejadian, guru-guru di sekolah tersebut diduga membiarkan L dibully dan hanya berdiam diri.

Baca Juga: Kantor Diamkan Kasus Kekerasan Seksual Pekerja Kena Denda Rp 15 Miliar Sampai Izin Dicabut

Tak hanya itu, pengacara Mellisa Anggraini menambahkan bahwa setelah lengan L patah, alih-alih membawa L ke rumah sakit, guru-guru tersebut malah menyusun siasat dan kronologi yang akan disampaikan kepada orang tua L. Bahkan, orang tua pelaku datang terlebih dahulu dibanding orang tua L sendiri.

3. Dipaksa Hafalkan Skenario

Lebih lanjut, akun X tersebut menyebut bahwa di ruangan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) saat itu L sudah kesakitan begitu hebatnya karena lengannya yang patah dan membengkak. Namun, dengan tega L justru dipaksa untuk menghafalkan skenario baru.

Tentu saja, hal tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi pelaku yang telah membuat L celaka. Dalam kesempatan tersebut, L diintimidasi untuk tidak menceritakan kejadian sebenarnya kepada orang tuanya.

4. Terkuak Setelah 7 Bulan Setelah Kejadian

Saat itu, orang tua L mempercayai bahwa anaknya jatuh sendiri dan lukanya diakibatkan karena kecelakaan biasa pada saat bermain. Namun, setelah tujuh bulan setelah kejadian, ayah L baru mengetahui kejadian yang sebenarnya.

Ayah L baru mengetahui bahwa anaknya didorong dan ditindih oleh temannya dan semua guru mengetahui akan kejadian tersebut.

5. Korban Tetap Bersekolah dengan Berbagai Intimidasi

Setelah tangan korban sembuh, L masih terus bersekolah dengan santapan intimidasi setiap harinya. L ketakutan dan tidak kuasa bercerita kepada siapapun.

L merasa ketakutan jika nantinya ia akan dikeroyok ketika bercerita, sampai akhirnya bocah malang tersebut pun menjalani hari menjadi sosok pemurung dan pendiam.

6. Dipertemukan dengan Psikolog

Sampai akhirnya, orang tua L mempertemukannya dengan psikolog yang menjadi awal mula kasus sebenarnya terbongkar.

L sudah satu tahun lamanya mengalami kekerasan psikis dan fisik, tak hanya dilakukan oleh pelaku anak yang disinyalir merupakan anak orang kaya dan memiliki pengaruh di Sukabumi Kota. Guru-guru dan orang tua pelaku juga kerap mengintimidasi dan tidak segan melakukan kekerasan fisik terhadap tubuh mungilnya.

7. Ingin Minum Obat Tidur karena Ketakutan

L juga sempat bercerita bahwa ia ingin meminum obat tidur karena benar-benar tidak bisa tidur dengan tenang akibat rasa takut dan perasaan tertekan yang ia alami.

Orang tua L langsung melaporkan hal tersebut ke Polres Kota Sukabumi sejak 16 Oktober 2023 lalu, tetapi sampai saat ini proses hukum tidak kunjung naik ke tahap penyelidikan. Sampai saat ini, orang tua L harus terus berjuang mencari keadilan untuk sang putra.

8. Dinas Pendidikan Kota Sukabumi Buka Suara

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, Martin Wahyudi mengaku menerima informasi dari pihak sekolah bahwa peristiwa tersebut bukan bullying, melainkan kecelakaan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan keterangan dari orang tua korban.

Martin menjelaskan sempat ada mediasi antara pihak sekolah, komite sekolah, orang tua korban hingga terduga pelaku. Namun sayang tidak ada berita acara yang menjelaskan hasil dari mediasi.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI