Suara.com - Kualitas bagus rupanya bukan lagi satu-satunya alasan konsumen mau membeli produk. Melainkan faktor ramah lingkungan dalam proses produksinya juga turut jadi daya tarik sendiri, meskipun harganya jadi sedikit lebih mahal.
Produsen cat lokal Mowilex Indonesia buktikan kalau kualitas produknya tetap bisa dipertahankan seiring bertanggungjawab terhadap proses produksi yang ramah lingkungan.
"Mowilex beruntung karena kita bekerjasama dengan supplier yang baik dan dihormati. Kami juga bertanggungjawab terhadap lingkungan dan tetap punya kualitas produk yang baik. Kita tidak bisa punya kualitas baik kalau tidak ada supplier baik juga," ungkap CEO Mowilex Indonesia Niko Safavi dalam keterangannya.
Produk sustainable merupakan produk yang memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat, tapi juga lingkungan serta perekonomian sepanjang siklus hidupnya, mulai dari ekstraksi bahan mentah hingga pembuangan akhir, sekaligus menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. Secara umum, produk tersebut masuk dalam pasar premium lantaran harganya relatif lebih mahal.
Baca Juga: Shella Saukia Pengusaha Apa? Crazy Rich Aceh Dicibir Naik Koper Scooter di Tanah Suci
Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya Dr Fathony Rahman, DBA., menjelaskan bahwa yang dikatakan pasar premium artinya konsumen lebih mengutamakan kualitas produk daripada harga.
"Jadi dia tahu dia beli satu produk karena produk itu berkualitas dan salah satu atributnya adalah sustainability tadi. Mereka menikmati yang namanya price premium. Dan konsumen sekarang, apalagi generasi millennial dan Z, itu cari produk-produk yang sangat conscious dengan sustainability," jelasnya.
Kondisi seperti itu telah cukup lama terjadi di Amerika Serikat, lanjut Fathony. Bahkan, sekalipun di tengah kondisi ekonomi yang sulit, di mana inflasi tinggi, konsumen produk sustainable tetap bertahan. Sebab, alasannya produk bisa lebih tahan lama digunakan. Sehingga pada akhirnya mengurangi pengeluaran dalam jangka panjang.
"Sementara produk-produk yang konvensional, yang tidak sustainable, mereka kehilangan market cukup signifikan. Jadi mereka yang beli produk karena sadar akan atribut sustainability di situ, mereka cenderung akan lebih loyal dan less price sensitive. Meski harganya naik, tetap dibeli. Tapi begitu produk-produk yang 'asal' murah, saat harganya naik akan ditinggalkan," tutur Fathony.
Menurutnya, pemahaman tersebut juga mulai dilakukan oleh konsumen di Indonesia, terutama anak-anak muda. Hal lain yang perlu disadari bahwa produk bagus dengan jaminan ramah lingkungan memang bisa jadi akan beriringan dengan harga jual yang relatif lebih mahal.
Baca Juga: Kerja Sama Luncurkan Program untuk Wujudkan Sistem Pangan Sirkular
"Justru aneh bagi saya kalau ada perusahaan yang mengklaim dirinya sustainable, memiliki atribut yang sustainable, misalnya dengan produk yang ramah lingkungan, tapi dijual dengan harga murah. Karena atribut (sustainable) itu yang dipersepsikan oleh konsumen," ujarnya.
Penelitian di Accenture Amerika menunjukan kalau keterjangkauan dan kualitas produk masih menjadi faktor pendorong utama konsumen mau membeli barang. Dikutip dari Business News Daily, sebanyak 72 persen responden di Amerika ternyata membeli lebih banyak produk ramah lingkungan dibandingkan lima tahun lalu. Sementara 81 persen mengatakan akan membeli lebih banyak lagi produk sustainable dalam lima tahun ke depan.
Direktur pelaksana strategi dan sustainability Accenture, Jessica Long, mengatakan dampak dari perubahan perilaku konsumen yang bersedia membayar ekstra untuk produk ramah lingkungan akan memperkuat dorongan kepada perusahaan untuk meningkatkan komitmen mereka terhadap praktik bisnis yang bertanggung jawab.