Riset: Makanan Fermentasi Diduga Berperan Penting dalam Pertumbuhan Otak

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 04 Desember 2023 | 12:09 WIB
Riset: Makanan Fermentasi Diduga Berperan Penting dalam Pertumbuhan Otak
Ilustrasi makanan fermentasi (Freepik/azerbaijan_stockers)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian menduga, makanan fermentasi memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan otak manusia purba.

Dalam sebuah studi perspektif oleh ahli saraf evolusioner Katherine Bryant dari Universitas Aix-Marseille di Prancis, bersama dua rekan dari Amerika Serikat menyebut, peralihan dari pola makan mentah ke pola makan yang melibatkan makanan yang telah diuraikan sebagian oleh mikroba (fermentasi) mungkin merupakan peristiwa kunci dalam evolusi otak manusia.

Seperti yang dikutip dari inquorer, riset tersebut menyebut bahwa otak manusia telah meningkat tiga kali lipat selama dua juta tahun evolusi terakhir. Sementara, usus besar manusia menyusut sekitar 74 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk mencerna makanan nabati secara internal telah berkurang.

Meskipun waktu dan tingkat ekspansi otak manusia diketahui, mekanisme yang mendorong energi ke pertumbuhan otak masih kompleks dan kontroversial.

Baca Juga: 4 Tanda Kelelahan Otak yang Sering Dianggap Sepele, Sedang Merasakannya?

Namun demikian, peneliti berharap adanya penelitian lebih lanjut yang menguji "hipotesis fermentasi eksternal," yang mengindikasikan bahwa perubahan metabolisme nenek moyang kita untuk perluasan otak mungkin dipicu dengan mengalihkan fermentasi usus ke proses eksternal, seperti eksperimen dengan makanan yang diawetkan seperti wine, kimchi, yoghurt, asinan kubis, dan makanan fermentasi lain yang masih ada hingga sekarang. 

Mikrobioma usus manusia bertindak sebagai mesin fermentasi internal, mengoptimalkan penyerapan nutrisi selama pencernaan. Proses fermentasi menghasilkan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP), sumber energi kimia vital yang menggerakkan metabolisme kita.

Para peneliti berpendapat bahwa mungkin metode pengolahan atau pengawetan makanan yang diturunkan secara budaya mendorong eksternalisasi fungsi fermentasi.

Makanan yang mengalami fermentasi eksternal lebih mudah dicerna, kaya nutrisi, dan menyediakan energi lebih banyak daripada makanan mentah. Dengan usus besar yang kurang aktif saat makanan sudah difermentasi, organ ini dapat mengecil seiring waktu, sementara tetap menyediakan energi untuk pertumbuhan otak.

Ukuran otak nenek moyang kita, Australopith, mirip dengan simpanse (Penghuni gua Pan) dan bonobo (Pan paniscus). Ekspansi otak dalam garis keturunan manusia dipercepat dengan munculnya homo dan berlanjut dengan manusia bijak (Homo sapiens) serta Homo neanderthalensis.

Baca Juga: 6 Potret Romantis Sandrinna Michelle dan Junior Robert: Artis yang Disebut Korban Cuci Otak Sampai Lupa Orang Tua

Para peneliti menyatakan bahwa hominid dengan kemampuan kognitif lebih rendah dan otak yang lebih kecil mungkin telah menyesuaikan diri dengan fermentasi lebih awal daripada penjelasan alternatif seperti berburu dan memasak menggunakan api untuk mengalihkan energi dari usus ke otak.

Fermentasi membawa banyak manfaat seperti tekstur yang lebih lembut, kandungan kalori yang lebih tinggi, penyerapan nutrisi yang lebih baik, dan perlindungan terhadap mikroorganisme berbahaya.

Para peneliti menyimpulkan bahwa relokasi fermentasi dari usus ke praktik budaya eksternal mungkin merupakan inovasi hominin yang signifikan, menciptakan kondisi metabolisme yang diperlukan untuk seleksi perluasan otak.

Tetapi mereka menegaskan perlunya penelitian empiris lebih lanjut untuk mendukung atau menyangkal hipotesis ini melalui studi mikrobiologi, analisis komparatif, dan studi genetik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI