Suara.com - Guru termasuk salah satu profesi yang banyak terjerat pinjaman online alias pinjol. Fakta itu berdasarkan temukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat kalau 42 persen korban pinjol di Indonesia rupanya berprofesi sebagai guru.
Selain itu, Firma perencanaan keuangan, Zapfinance, juga mendapati kalau rata-rata utang para guru di pinjol mencapai belasan juta rupiah. Menurut CEO sekaligus konsultan keuangan Zapfinance Prita Ghozie, penyebab guru terjerat pinjol itu alasannya sangat beragam.
"Ada yang uangnya (gaji) gak turun-turun. Kedua, ada yang masalahnya karena beli gadget, terutama saat pandemi, karena mau gak mau guru harus ngajar lewat online," ungkap Prita saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Untuk menghindari diri dari jeratan pinjol, Prita mengatakan kalau langkah awal yang bisa dilakukan memang berhemat. Penghematan itu bahkan harus dilakukan seluruh anggota keluarga.
Baca Juga: Miris! Guru Honorer di Jaktim Digaji Rp 300 Ribu Padahal Teken Kuitansi Rp 9 Juta
"Kurangi pengeluaran, paling gampang terlihat, misalnya, langganan nonton streaming berapa banyak. Lalu menu makanan ada gak menu-menu yang memang lebih ekonomis. Kemudian dil8hat juga apa nih pengeluaran, tanggungan, jadi sama-sama harus mau disiplin untuk kurangi," saran Prita.
Apabila kebutuhan sudah tidak bisa dikurangi lagi, tetapi penghasilan masih tidak cukup, memang perlu adanya tambahan penghasilan. Prita mengatakan, tidak perlu harus berjualan untuk menambah usaha. Terlebih bila guru sudah sibuk dengan jam mengajar.
"Opsi penambah penghasilan gak hanya usaha. Salah satunya mencoba skill yang dimiliki untuk dapat penghasilan. Guru itu punya skill banyak, seperti publik speaking, terus dia punya ilmu, terus punya ilmu coaching. Sebenarnya dengan pandemi kemarin terbuka banyak peluang. Jadi guru privat atau bikin konten edukasi kemudian dijual ke platform edukasi," saran Prita.
Kalau pun tetap ingin membangun UMKM, Prita sarankan, guru sebaiknya tidak mengerjakannya sendiri. Hal itu untuk menghindari risiko kewalahan antara membagi waktu urus keperluan sekokah dan berjualan.
"Guru punya waktu udah habis untuk bikin bahan ajar, mengajar, dan bikin bahan evaluasi. Itu sudah makan waktu. Coba deh pakai skill yang dia punya dulu sebelum masuk ke UMKM. Kalau pun tetap UMKM, lebih baik dilakukan bersama, jadi gak sendirian. Misal di rumah ada pasangannya," ujarnya.
Baca Juga: Cegah Terjerat Pinjol Ilegal, Pakar Keuangan Bagikan Cara Mudah Atur Gaji dan Pengeluaran
Setelah rencana penambahan penghasilan itu berjalan, ada baiknya juga memisahkan antara rekening gaji utama dengan penghasilan tambahan.