Suara.com - Berselancar di marketplace untuk melihat barang-barang yang ingin dibeli sangatlah menyenangkan. Namun, terkadang seseorang juga bisa hanya berselancar saja dan tak melakukukan pembelian.
Siapa sangka kegiatan ini dalam psikologi sangatlah normal. Hal itu pun sempat diungkapkan oleh Scott Bea, PsyD, seorang psikolog dari Cleveland Clinic Lerner College of Medicine. Ia mengatakan belanja bisa memberikan sensasi therpeutic karena bisa memicu dorongan psikologis emosional.
"Bahkan hanya melihat-lihat atau browsing secara online bisa memicu rasa bahagia. Asalkan kamu selalu ingat untuk tidak sembarangan beli," ungkap Scott Bea.
Lantas, apa sih alasan belanja itu bisa bikin senang? Belanja bisa memicu rasa sense of control, siapa sangka kalau sensasi barang baru bisa mendistraksi rasa cemas, dan ketika membeli tubuh manusia mengeluarkan hormon dopamin yang bikin senang.
Kendati demikian, Scott mengingatkan untuk hati-hati ketika belanja. Agar tidak menimbulkan masalah di masa mendatang. Tanda-tanda kecanduan belanja yang harus diwaspadai.
Seseorang biasanya akan sulit menahan keinginan untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan, suka mencari benda-benda yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, memiliki masalah finansial karena suka belanja, hingga pengeluaran yang terlalu besar dapat mengganggu sekolah atau di rumah.
Kebiasaan Belanja Orang Indonesia
Berdasarkan laporan dari firma riset We Are Social, sebanyak 178,9 juta warga Indonesia berbelanja dengan cara online. Selain itu, perkiraan pengeluaran warga RI untuk berbelanja online mencapai USD 55,97 miliar atau setara dengan Rp853 triliun. Berikut data pembelian barang secara online:
1. Barang Elektronik: USD 13,37 miliar
2. Mainan/Hobi/Barang DIY: USD 10,45 miliar
3. Fashion: USD 8,74 miliar
4. Furniture: USD 8,48 miliar
5. Perawatan Personal dan Rumah: USD 6,59 miliar.
6. Makanan: USD 5,40 miliar
7. Media Fisik: USD 1,92 miliar
8. Makanan: USD 5,40 miliar
9. Minuman: USD 1,03 miliar
Baca Juga: Tips Belanja Produk Otomotif Secara Online, Awas Tertipu Suku Cadang Palsu