Suara.com - Kontestasi politik 2024 sebantar lagi akan dimulai. Namun, tak sedikit juga anak muda yang merasa bingung akan memilih pasangan Pilpres apalagi caleg yang mana.
Apalagi beredar kabar kalau anak muda saat ini gampang sekali termakan arus gimik-gimik yang dibuat oleh para aktor politik. Hal itu pun pernah disampaikan oleh Ismail Fahmi pendiri Drone Emprit.
"Jadi, kalau dilihat sekarang ada tren yang diciptakan oleh capres untuk membangun opini dan opini itu ternyata terbawa," jelas Ismail, dikutip Senin (20/11/2023).
"Contohnya, saya terkejut ketika penggunaan AI untuk menampilkan capres atau cawapres tidak seperti aslinya. Jadi lebih 'gemoy' misalnya itu. Akibatnya kita itu terbawa. Anak-anak muda ini kan lebih suka ngobrol yang santai. Ketika membahas santai ya terbawa gemoy, joget-joget. Penampilan yang sifatnya TikTokable," imbuhnya.
Baca Juga: Diisukan Cerai, Teuku Ryan Ungkap Perasaannya Wisuda Tanpa Ditemani Ria Ricis
Hal itu pun bisa dilihat dari julukan 'gemoy' untuk Prabowo yang meningkatkan elektoralnya. Berikut ulasannya.
Efek Kata Gemoy Ke Elektoral Prabowo
Menurut Denny JA, survei LSI baru saja selesai untuk bulan November 2023. Data menunjukkan peningkatan dukungan kepada Prabowo dari kalangan milenial, yaitu pemilih muda yang lahir setelah tahun 1982.
Di bulan Oktober 2023, di kalangan milenial sebanyak 36,9% mendukung Prabowo. Tapi sejalan dengan semakin populernya istilah gemoy, di bulan November 2023, kalangan milenial yang mendukung Prabowo meningkat menjadi 41,6%.
"Populernya kata gemoi ini sendiri memberikan efek elektoral yang signifikan kepada Prabowo. Atau semakin populernya julukan gemoy untuk Prabowo itu cerminan semakin Prabowo disukai, terutama di kalangan mienial," tutur Denny.
Baca Juga: Anak Muda dan Isu Politik: Gemoy Dikit Nggak Ngaruh
Lantas setelah ini muncul apakah Pemilu kali ini cuma soal siapa yang paling muda, gemoy, dan santuy? Tentu seharusnya tidak, mereka harusnya adalah sosok yang idenya paling bagus untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.
Setia dengan Isu
Seperti yang diketahu, kalau Pemilu ini hanya diselengarakan 5 tahun sekali. Tentu 5 tahun bukanlah waktu yang singkat, maka dari itu jangan menyia-nyiakannya dengan hanya memikirkan masalah substansi.
Kesempatan satu kali dalam 5 tahun pun tetap harus betul-betul dimanfaatkan dengan benar. Karena kita perlu pemimping dengan paket ide terbaik untuk menyelesaikan isu yang kita anggap penting di kehidupan sehari-hari.
Mulai dari lapangan kerja, pendidikan dan kesehatan, udara bersih, sampai kebebasan bersuara. Ketimbang setia dengan individu akan lebih produktif kalau setia terhadap isu.
Dukungan kita seharusnya diberikan kepada sosok yang serius dan kompeten untuk menyelesaikan isu, bukan malah keburu suka sama seorang kandidat.
Bukan Idealis, Tapi Realistis
Perlu diketahui kalau politisi akan melakukan kampanye yang menarik alias laku. Kalau masyarakatnya mulai memilih berdasarkan siapa yang paling bisa membawa solusi. Tentu saja politis akan berlomba-lomba mengeluarkan ide terbaik mereka, alih-alih gimik semata.
Ini bukan idealis tapi realistis. Ide aja memang tak cukup, tapi hal ini menjadi sebuah pembuka yang bagus. Karena kita membutuhkan pemimpin yang memiliki pengalaman mumpuni, tim pendukung yang tepat, serta latar belakang yang mendukung.
Sedikit tips untuk para pemilih muda, pilihlah pemimpin yang tentunya relate idenya untuk masalah kalian dan jangan lupa juga melakukan cek latar belakangan kepada tim di belakangnya serta koalisi-koalisinya. Saatnya kita kritis alih-alih emosional.