Suara.com - Botol plastik termasuk jenis sampah yang sulit terurai, sekalipun sudah puluhan tahun mengendap di alam liar. Dikutip dari situs Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), setidaknya perlu waktu sampai 500 tahun sampai satu botol plastik bisa terurai secara alami.
Suara.com menemukan bukti secara langsung tentang lamanya proses botol plastik tersebut terurai. Saat mengikuti acara #BijakBerplastik: Aksi Bersih Gunung Gede Pangrango yang diselenggarakan Aqua Danone Indonesia, salah satu peserta ada yang menemukan sampah botol plastik kemasan air minum yang diperkirakan usianya telah 40 tahun lebih.
Botol plastik tersebut kemasan Aqua berukuran sekitar 250 ml yang bentuknya masih kotak, kemasan Aqua pada era tahun 1980-an. Botol kemasan tersebut ditemukan di jalur pendakian Cibodas.
Kemasannya masih lengkap dengan label plastik serta tutup yang terpasang di badan botol. Terlihat hanya bagian label kemasan yang bolong di sebagian kecil sudut. Sementara kondisi botol serta tutupnya masih utuh. Usia tua botol tersebut juga terlihat dengan ada tanaman yang tumbuh di dalam kemasan. Serta warna plastik yang mulai menguning.
Baca Juga: Mengenal Sneaker Daur Ulang Sampah yang Dipakai Chris Martin Manggung di Jakarta
Diakui pula oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Sapto Aji Prabowo bahwa jenis sampah plastik paling banyak ditemukan di jalir pendakian merupakan sampah plastik.
"Dari sampling sampah yanng dibawa turun pendaki dalam waktu 2 bulan, April dan Mei, jumlah yang dibawa sebanyak 273 kilogram itu baru sampling. Dan saya yakin yang ditinggal 10 kali lipat dari itu. Dari semua sampah yang terkumpul 75 persen adalah sampah plastik. Dan mohon maaf, mungkin karena marketnya juga besar, jadi dari 75 persen itu sebanyak 72,5 persen adalah kemasan Aqua," ungkap Sapto ditemui saat acara bincang media #BijakBerplastik: Aksi Bersih Gunung Gede Pangrango di camp ground Mandalawangi, Gunung Pangrango, Cibodas, Senin (20/11/2023).
Data TNGGP bahwa jumlah pendaki yang berwisata ke Gunung Gede Pangarango bisa mencapai 200 ribu setiap tahun. Banyaknya jumlah pengunjung itu lah yang membuat potensi sampah makin menumpuk, kata Sapto. Terlebih pasca pandemi Covid-19 mereda, minat pendakiam ke Gede Pangrango makin tinggi.
“Jika ditinjau dari aspek pengembangan UMKM dan pariwisata, peningkatan antusiasme pendakian gunung turut mendorong perekonomian masyarakat setempat. Namun demikian, antusiasme wisatawan utuk melakukan aktivitas pendakian perlu dibarengi dengan semangat tanggung jawab untuk turut melestarikan kebersihan lingkungan," pesan Sapto.
Kabar gembiranya, sampah botol plastik tersebut masih bisa didaur ulang meski usianya telah puluhan tahun. Packaging Circularity Senior Manager Danone Indonesia Jefri Ricardo mengatakan bahwa secara umum siklus daur ulang, kemasan plastik masih bisa didaur ulang walaupun sudah puluhan tahun. Tetapi juga tergantung dari kondisi kemasan saat ditemukan.
Baca Juga: Profil Kapal Pembersih Sampah Neon Moon II, Kado Spesial Coldplay untuk Indonesia
"Tetapi, untuk botol yang sudah puluhan tahun itu kemungkinan hanya bisa didaur ulang open loop," kata Jefri.
Jefri menjelaskan bahwa open loop recycling artinya sampah botol plastik didaur ulang menjadi benda lainnya, seperti baju, ember, hingga kursi. Diketahui memang ada dua teknik daur ulang. Kedua ialah close loop recycling, di mana botol plastik didaur ulang kembali menjadi kemasan botol lagi.
Melalui berbagai aktivitas turunan dari program #BijakBerplastik, Danone-Aqua menargetkan pada 2025 dapat mengumpulkan plastik paska konsumsi dari lingkungan lebih banyak dibandingkan yang digunakan