Selingkuh Itu Kebiasaan Buruk?

Rabu, 22 November 2023 | 18:07 WIB
Selingkuh Itu Kebiasaan Buruk?
ilustrasi selingkuh online (Pexels.com/RODNAE Productions)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan ini kabar perselingkuhan di kalangan selebriti tampak santer menjadi perbincangan. Seperti rumah tangga Okie Agustina dan Gunawan Dwi Cahyo.

Menariknya, kabar perselingkuhan suaminya itu diketahui lewat laporan-laporan orang asing yang melihat Gunawan Dwi Cahyo jalan dengan wanita lain. Hal itu pun membuat mantan istri Pasha Ungu akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai sang suami.

Selain itu, kabar perselingkuhan juga datang dari hubungan Dewi Perssik dengan tunangannya yang bekerja sebagai pilot. Lagi-lagi kabar perselingkuhan itu terkuak dari orang lain, alih-alih ketahuan sendiri.

Tentu saja tak pikir panjang, Dewi Perssik langsung memutuskan hubungannya dengan Rully.

Baca Juga: Digugat Cerai Okie Agustina, Gunawan Dwi Cahyo Jadi Model Video Klip Lagu Galau: Ini Toh Isi Hatinya?

Biasanya ketika orang selingkuh selalu bersembunyi di balik kata khilaf. Namun, jika digali lebih dalam lagi sebetulnya selingkuh tak hanya sekedar khilaf melainkan kebiasaan buruk. Berikut ulasannya.

1. Berulang dan Direncanakan

Perselingkuhan seringkali berlangsung secara berkali-kali dan bahkan sudah direncanakan dengan matang. Hal itu tentu menunjukkan adanya pola perilaku yang terjadi secara konsisten. Berbeda dengan khilas yang merupakan tindakan spontan dan tidak terduga.

2. Tidak Menyesal

Tak jarang juga seseorang yang selingkuh justru tak menunjukkan rasa penyesalan yang cukup mendalam. Meski ada beberapa kasus selingkuh dimaafkan, ternyata pelaku juga tak memiliki efek jera.

Baca Juga: Berapa Beda Usia Okie Agustina dan Gunawan Dwi Cahyo? Kini Mantap Cerai

Berbeda dengan khilaf yang umumnya merasa menyesal dan bersedia tanggung jawab.

3. Alasan-Alasan Terulang

Orang yang menjadi pelaku selingkuh biasanya memiliki alasan yang sama untuk melakukan tindakannya itu. Misalnya, merasa kurang dihargai dalam hubungan, mencari kepuasan emosional yang kurang terpenuhi, atau sekadar mencari kegembiraan dalam petualangan terlarang. Jika alasan-alasan ini terulang dalam berbagai hubungan, maka dapat dianggap sebagai kebiasaan buruk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI