Suara.com - Media sosial dihebohkan dengan kasus dokter Qory Ulfiyah, seorang tenaga kesehatan sekaligus ibu yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya sendiri, Willy Sulistio. Kabar terbaru menyebut, Dokter Qory ingin mencabut laporan terhadap suaminya. Hal ini lantas menjadi perhatian netizen yang mengaku bingung, mengingat KDRT yang dilakukan Willy.
Terkait hal ini, Psikolog Klinis Personal Growth, Rachel Poniman fase bulan madu kerap membuat korban KDRT merasa masih ada harapan pasangannya bisa berubah, dan tidak lagi melakukan aksi kekerasan terhadapnya.
"Masa-masa ini korban merasa pasangan sudah berubah. Lalu merasa pasangannya udah sebulan nggak marah-marah. Tapi dari sana pelaku bisa kembali lagi ke siklus awal terjadi ketegangan, lalu bisa terjadi kekerasan yang lebih parah dari sebelumnya, lalu kembali minta maaf dan berdamai" ujar Rachel saat dihubungi suara.com, Sabtu (18/11/2023).
Beberapa ciri fase bulan madu KDRT yaitu saat pelaku meminta maaf dengan segala cara taktik dan upaya, lalu setelah dimaafkan ia akan memberikan hadiah, menghujani kata kasih sayang, lebih perhatian dan sebagainya.
Baca Juga: Dari Mana Sumber Penghasilan Willy Sulistio Selain dari Gaji Dokter Qory?
"Siklus masa bulan madu itu, seperti korban ada harapan, orang (pasangannya) ini bisa berubah. Merasa korban bisa mengubah orang ini, lalu denial dan ragu orang ini nggak melulu jahat kok," kata Rachel.
Selain fase bulan madu yang membuat korban sulit lepas dari siklus berulang KDRT, ada juga faktor lain seperti status hubungan yang sudah dalam tahap pernikahan, lalu memiliki anak, hingga ketergantungan finansial alias keuangan.
"Finansial, keluarga sudah menikah, ada anak-anak, status soal yang jadi alasan korban tidak langsung keluar relationship abusive seperti KDRT. Makanya sebelum lepas, korban atau support system harus menyiapkan rencana keamanan alias safety plan," jelas Rachel.
Sementara itu, Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., mengatakan, alasan korban memiliki empati kepada pelaku ini bisa terjadi karena alami stockholm syndrome. Ini adalah kondisi di mana korban membangun ikatan psikologis dengan pelaku.
“Korban KDRT bisa mengalami stockholm syndrome, dimana korban membangun ikatan psikologis dengan pelaku, membangun simpati dan empati terhadap pelaku,” kata Veronica saat dihubungi Suara.com, Senin (20/11/2023).
Baca Juga: Makan Satu Bungkus Mi Instan Dibagi Berlima, Dokter Qory Termenung Tatap Anak-anak
Empati tersebut dibangun karena adanya perasaan lega terbebas dari ancamannya. Misalnya, korban bisa saja diancam dibunuh atau diceraikan. Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh pelaku. Hal tersebut membuat korban merasa lega sehingga membangun empati kepada pelaku KDRT.
Sementara itu, terkait perasaan cinta yang dimiliki korban kepada pelaku ini adalah sebuah emosi perasaannya yang wajar dimiliki. Namun, sebab KDRT itu bukan berarti korban harus kembali bersama.
Pasalnya, ketika memaafkan karena perasaan cinta itu bukan berarti harus kembali bersama. Apalagi, banyak juga kasus KDRT yang pelaku justru mengulangi kesalahan serupa setelah dimaafkan.
“Memaafkan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, bisa karena ybs memahami pov orang yang dimaafkan, bisa karena yang bersangkutan menyayangi, bisa juga karena untuk dirinya sendiri agar ia bisa melangkah maju maka ia memilih untuk memaafkan dan tidak mendendam. Namun penting dipahami bahwa memaafkan dalam sebuah hubungan bukan berarti harus kembali bersama. Bisa saja saya memaafkan tapi saya akan tetap berpisah,” kata Veronica.
“Demikian juga mencintai, cinta adalah adalah sebuah bentuk emosi perasaan tapi apakah karena rasa cinta terhadap seseorang berarti kemudian membiarkan orang dicintai tersebut boleh berlaku seenaknya, melakukan kekerasan, menyakiti, semena-mena terhadap dirinya? Tentu tidak,” sambungnya.
Kemen PPPA Buka Suara, Menteri Bintang Apresiasi Keberanian Dokter Qory
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengapresiasi keberanian dr. Qory yang mau mengambil tindakan tegas atas kasus KDRT dari suaminya itu. Menurutnya, itu adalah langkah tepat yang dapat dilakukan oleh korban KDRT.
“Jika merunut dari kronologi yang disampaikan oleh akun di “X” dan hasil penyelidikan aparat kepolisian, keputusan dr.Qory untuk meninggalkan rumah dan mencari perlindungan itu sudah sangat tepat,” ungkap Bintang dalam rilis yang diterima Suara.com, Senin (20/11/2023).
Selain itu, menurut Bintang dari kasus dr. Qory ini menunjukkan kalau korban harus memiliki keberanian untuk melapor. Apalagi saat ini sudah banyak undang-undang yang mengatur mengenai KDRT.
“Dengan berani melapor, maka pertolongan kepada korban dapat segera dilakukan, begitu pula upaya penyelamatan terhadap anak-anak korban. KDRT bukan lagi urusan privat, tapi sudah menjadi urusan Negara saat Undang-Undang pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
Untuk melaporkan KDRT ini juga bukan hanya kepada polisi. Kemen PPPA JUGA hotline layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau Whatsapp 08-111-129-129 sehingga masyarakat yang melihat, mendengar dan mengetahui adanya tindak kekerasan di sekeliling mereka bisa melapor ke kontak layanan tersebut.
Kronologi Dokter Qory Viral
Awal hebohnya kabar soal Dokter Qory hilang dari rumah diunggah oleh suaminya sendiri di akun media sosial X. Willy yang menggunakan akun istrinya, @Qory20, menyebut istrinya hilang tanpa membawa dompet maupun handphone.
“Twitter X please do your magic. Saya suami dari dr.Qory, istri sy pergi meninggalkan rumah pada 13-11-2023 sekitar jam 9.30 pagi, penyebabnya setelah bertengkar dgn sy pagi itu. Info lain: istri sy gak punya kerabat+teman dekat, tapi semua teman kerja di klinik/RS sudah dihub,” tulis akun tersebut pada Rabu (15/11/2023).
Sementara itu, dalam cuitannya juga mencantumkan foto dan ciri-ciri dari dr. Qory Ulfiyah. Berdasarkan ciri-cirinya, dr. Qory Ulfiyah diketahui tengah hamil sekitar 6 bulan. Ia juga memiliki tinggi 153 cm, berat 55 kg, kulit sawo matang, dan rambut sebahu.
Kecurigaan Terhadap Sosok Willy
Warganet yang membaca cuita Willy langsung curiga, mengingat dalam cuitan lainnya, Willy menyebut Dokter Qory meninggalkan rumah karena cekcok dan emosi. Tak sedikit yang menyebut dokter Qory sengaja meninggalkan rumah untuk mencari perlindungan.
"Bagus kalau korban sudah berani memutus rantai dengan keluar dari sistem yang biasanya seperti lingkaran setan. Bahkan kerap trauma yang dialami anak-anak memanifestasi dalam siklus kehidupan mereka kelak. Netizen harus jeli menanggapi pelaku KDRT. Kalau punya info di mana korban, jangan asal bocorkan," ungkap @TyasZain.
"Seorang yang habis melakukan kejahatan biasanya berusaha menutupi dengan membuat kesan kata-kata manis, memuja korban, seolah relasinya dengan korban baik dan harmonis. Hati-hati, penjahat umumnya manipulatif. Bersembunyi di balik kata khilaf, tapi balik lagi KDRT adalah siklus berulang," papar @WidyoLita yang juga seorang dokter.
Belakangan, muncul pengakuan dari netizen yang mengaku sebagai rekan sejawat dokter Qory. Ia mengklaim bahwa dirinya tahu suami sang dokter merupakan pengangguran. Ia menceritakan bahwa Qory adalah tulang punggung keluarga dan kerap meminjam uang ke rekan-rekan sejawatnya.
Bukan cuma itu, suami dr Qory tersebut juga disebut-sebut kerap melakukan KDRT ke istrinya itu. Sang suami kerap emosi dan melampiaskan amarahnya ke sang istri di hadapan umum.
"Suaminya memang abusive, bahkan dia tidak malu untuk marahin istinya didepan orang lain," cuit akun itu.
Dokter Qory Ditemukan di Polres Bogor
Setelah viral selama dua hari, keberadaan Dokter Qory akhirnya diungkap oleh Kombes Ahrie Sonta, yang merupakan Sekpri Kapolri. Pada Jumat (17/11), ia menerangkan Dokter Qory sudah berada di Polres Bogor.
"Kita sudah ikuti perkembangannya. Hari ini Bu Qori sudah di Polres @PolresBogor_," kata Ahrie, sembari menyebut akun X Polres Bogor.
Tak lama setelah itu, Willy pun ditahan. Ia disebut melakukan KDRT kepada Dokter Qory yang berbuntut kaburnya sang istri dari rumah. Willy diketahui sering melakukan KDRT terhadap dokter Qory. Dokter Qory juga diketahui beberapa kali melakukan percobaan kabur dari rumah.
Namun, dokter Qory rupanya sudah tidak tahan dengan perbuatan suaminya saat dirinya membuat kejutan di hari ulang tahun sang suami. Pada saat itu Willy marah besar terhadap Qory karena telah mengagetkan dirinya di hari kelahirannya.
Karena tersinggung, Willy mengancam dokter Qory dengan sebilah pisau yang ditaruh di punggung Qory. Sehingga, dokter Qory ketakutan, kemudian pergi dari rumah.
"Ngancem dan sempat ditaruh punggung belakang korban dan merasa ketakutan dan itulah yang menyebabkan korban meninggalkan rumah untuk mencari pelindung ke dinas," tutup dia.
Dokter Qory Cabut Laporan dan Disebut Ingin Rujuk
Usai sang suami dilaporkan karena perkara KDRT, dr. Qory Ulfiyah justru berencana untuk mencabut laporannya itu. Dikatakan, dr.Qory Ulfiyah berencana untuk mencabut laporan kasus kasus tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap suaminya, Willy Sulistio.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Teguh Kumara. Dalam keterangannya, dr. Qory Ulfiyah sudah mengucapkan secara lisan terkait pencabutan laporan tersebut.
Lebih lanjut, AKP Teguh menjelaskan, alasan pencabutan laporan ini sendiri karena keduanya masih saling menyayangi. Sementara, kejadian kabur dari rumah sebelumnya hanya karena tersulut emosi.
"(Kenapa mau dicabut?) yang kami tau memang, kami lihat dan kami komunikasikan dengan Dokter Qory, pasangan ini saling sayang dan kemarin terjadi kekerasan itu karena dipicu emosi yang memuncak," kata AKP Teguh, Senin (20/11/2023).