Baju Etnik dengan Unsur Budaya Makin Tren Digunakan Anak Muda, Tapi Mahal Gak Sih?

Senin, 20 November 2023 | 11:50 WIB
Baju Etnik dengan Unsur Budaya Makin Tren Digunakan Anak Muda, Tapi Mahal Gak Sih?
Tenun Sikka NTT dilindungi kekayaan intelektualnya. (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baju etnik atau tradisional makin banyak digemari anak muda masa kini. Tren tersebut dirasakan langsung oleh para desainer yang merasa saat ini lebih muda menjual pakaian tradisional ke anak-anak muda bila dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu.

Menurut Vice Executive Chair Indonesia Fashion Chamber (IFC) Riri Rengganis, hal itu juga tak lepas dari inovasi para desainer yang berani memadukan unsur tadisional dengan modern.

"Baju tradisional Indonesia makin kontemporer. Mungkin beberapa tahun kemarin itu udah banyak keluar brand-brand yang sifatnya etnik dan keren-keren, tapi sekarang trennya adalah semakin sustainable karena memang gak bisa lepas dari sustainabke dan budaya," kata Riri ditemui di Pos Bloc, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ilustrasi Kain Tenun. (Pexels/LosMuertosCrew)
Ilustrasi Kain Tenun. (Pexels/LosMuertosCrew)

Gerakan baju etnik yang modern itu bahkan kompak dilakukan oleh banyak desainer. Dia melihat kalau desainer saat ini tak lagi hanya berlomba-lomba membuat gaun yang cantik atau pun jas yang keren. Sebab, bagaimana pun kedua pakaian tersebut identik dengan budaya barat.

Baca Juga: 5 Styling Dress untuk Tampilan Manis ala Joy Red Velvet

Namun, saat ini juga semakin banyak yang sadar untuk membuat koleksi berbasis kebaya yang bisa dibuat lebih modern, namun tidak menghilangkan unsur budaya di dalamnya.

"Ternyata laku juga, akhirnya semua ikutan dan itu gerakannya kayak bareng-bareng dalam waktu 10 tahun terakhir terasa sekali unsur budaya itu jadi kekuatan banget. Tinggal kita saling mengingatkan bahwa produk yang berbasis kultur itu tetap harus dijaga kualitasnya, supaya tetap mau dipakai semua orang dan terjangkau harganya," imbuh Riri.

Diakui Riri juga kalau baju tradisional seperti batik dan tenun cenderung lebih mahal dibandingkan produk fast fashion. Hal itu sebenarnya berkaitan juga dengan proses pembuatan baju etnik yang relatif lama. 

Meski begitu, menurut Riri, para pengrajin juga saat ini mulai lakukan alternatif lain harga bisa menyediakan produk lebih terjangkau tapi tetap sesuai unsur budaya.

"Misalnya desainer bisa berinovasi menggunakan batik cap, bisa dikreasikan dengan kontemporer, lebih simpel, otomatis kan lebih murah, lebih terjangkau juga," ujarnya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Jajanan Tradisional Khas Makassar, Enak dan Bikin Nagih!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI