Pemilu 1982 menjadi pemilu pertama yang dilabeli 'Pesta Demokrasi'. Siapa sangka kalau istilah tersebut dianggap sebagai cara rezim Orde Baru menyembunyikan proses demokrasi yang tak demokratis.
Pada rentang 1967-1982, Soeharto tiga kali menggelar pemilu yakni 1971, 1977, dan 1982. Dalam tiga kali Pemilu, Golongan Karya (Golkar) menang dalam Pemilu. Tentu saja kemenangan ini tak lepas dari intervensi Soeharto sebagai penguasa.
Bahkan, ia melarang PNS dan ABRI terlibat dalam kegiatan parpol, menyingkirkan tokoh-tokoh oposisi, hingga menggabungkan partai menjadi dua dan satu golongan karya.
Dianggap Istilah Aneh dan Untuk Apa Pemilu?
John Pamberton dalam tulisannya yang berjudul 'Notes on the 1982 General Election in Solo' (1986). mengartikan pemilu sebagai gelaran pesta yang terkesan aneh, apalagi digunakan untuk menggambarkan pesta demokrasi.
Ia mengibaratkan kata 'pesta' dengan ritual upacara pernikahan di adat Jawa yang rangkaian acaranya sudah bisa ditebak. Sama halnya dengan konteks pemilu, yang pemenangnya sudah ketahuan sejak awal.
Selain itu, Dalam penelitiannya mengenai Pemilu 1977, "The Indonesian Election: A National Ritual" (1980), antropolog N.G. Schulte Nordholt cenderung menilai pemilu ialah ritual yang direproduksi legitimasi rezim tanpa menantang kekuasaan.
Ia juga menyampaikan simpulan gambaran pemilu di era Orde Baru dalam bentuk pertanyaan retoris: Apa guna pemilu jika hasilnya sudah dimanipulasi sejak awal?
Baca Juga: Prabowo - Gibran Incar 22 Juta Suara Anak Muda di Putaran Pertama Pilpres 2024