Wastra ala Farah Button, Padukan Motif Betawi dan Jawa Melenggang di Panggung "Spotlight Culture"

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 19 November 2023 | 13:00 WIB
Wastra ala Farah Button, Padukan Motif Betawi dan Jawa Melenggang di Panggung "Spotlight Culture"
Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional) di Fashion Show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Brand fashion lokal asal Yogyakarta, Farah Button, mengukuhkan eksistensinya sampai ibu kota lewat perhelatan fashion show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam.

Sebanyak delapan outfit ready to wear Farah Button by Sutardi ditampilkan dalam pergelaran fashion kali ini.

Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional). Tema ini dipilih dengan semangat bahan-bahan wastra dari daerah bisa dikemas dalam outfit yang eksklusif dan elegan.

Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional) di Fashion Show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)
Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional) di Fashion Show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)

Sutardi mendapatkan bahan langsung didapat dari pengrajin bahan tenun ikat di daerah perkampungan di Yogyakarta. “Tema ini juga bisa menggambarkan yang bikin bahan ibu-ibu di perkampungan dan yang memakainya para pejabat,” ujarnya saat ditemui wartawan.

Baca Juga: Nagita Slavina Pakai Sandal Saat Hadiri Fashion Show, Ternyata Harganya Setara Motor Beat Baru!

Sebagian motif tenun ikat juga didesain langsung oleh Sutardi. Ia terinspirasi motif dari daerah asalnya, Betawi, dan Jawa. Sutardi menyebutnya motif pucuk junjung.

Desainer Farah Button, Sutardi. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)
Desainer Farah Button, Sutardi. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)

Betawi memiliki motif pucuk rebung, sementara Jawa memiliki junjung drajat. Sutardi mengombinasikan dua motif tersebut menjadi satu dan dalam bentuk tenun.

“Ini belum pernah ada dalam bentuk tenun dan pengerjaannya memiliki tingkat kesulitan yang luar biasa,” ucapnya.

Untuk pembuatan bahan sepanjang 100 meter memakan waktu dua bulan. Proses jahit yang relatif kilat dalam dua minggu juga menjadi tanyangan tersendiri.

Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional) di Fashion Show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)
Desainer Farah Button, Sutardi, mengangkat tema Bangsawan Kampung untuk koleksi berbahan wastra (kain tradisional) di Fashion Show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam. (Foto: Suara.com/Ririn Indriani)

Untuk pembuatan pola dan menjahit pun, Sutardi juga kerap turun tangan langsung. Sutardi mengerjakan dan memastikan setiap detailnya karena penggunaan tenun ikat juga terhitung baru.

Baca Juga: Brand Fashion Lokal Melenggang di Premiere Classe Paris, Bawa Koleksi dari Botol Plastik!

Pengaplikasian wastra dalam koleksi Farah Button ini merupakan yang kedua kalinya. Farah Button debut koleksi wastra pada Jogja Fashion Week 2023 baru-baru ini.

Lewat wastra, Farah Button ini turut andil melestarikan budaya Indonesia, termasuk go international. Kain tenun yang digunakan juga tidak asal-asalan. Sutardi memprioritaskan tenun yang halus, lembut, dan bahannya adem.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI