Profil John Kerry, Utusan Khusus Joe Biden yang Jenguk Menko Luhut di Singapura

Minggu, 19 November 2023 | 11:50 WIB
Profil John Kerry, Utusan Khusus Joe Biden yang Jenguk Menko Luhut di Singapura
Senator John Kerry Utusan Presiden AS Joe Biden yang jenguk Luhut di Singapura (Instagram/@sec_john_kerry) (Instagram/@luhut.pandjaitan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan diketahui masih menjalani perawatan di Singapura. Selama proses pemulihannya di sana, Luhut dijenguk oleh sejumlah pejabat dunia, termasuk di antaranya Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk urusan Iklim, John Kerry.

Luhut kaget karena seorang John Kerry rela datang jauh dari AS untuk melihat kondisinya. Dia menyebut Kerry dan pejabat lain yang datang bukan hanya ingin tahu kondisi dirinya, tapi juga memberikan rasa hormat pada Presiden Jokowi. Simak profil John Kerry utusan Joe Biden yang jenguk Luhut di Singapura berikut ini.

Profil John Kerry

Senator John Kerry (Instagram/@sec_john_kerry)
Senator John Kerry (Instagram/@sec_john_kerry)

John Kerry adalah senator dari Massachusetts dan calon Demokrat untuk jabatan presiden pada tahun 2004. Dia kalah dari George Walker Bush. 

Kerry telah menjadi senator selama 20 tahun dan dia juga telah menjabat sebagai wakil gubernur Massachusetts di bawah Michael Dukakis pada tahun 1983 - 1985. Pada 1 Februari 2013, Kerry ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri AS, menggantikan Hillary Rodham Clinton. 

Baca Juga: Kondisi Terkini Luhut Di RS Singapura: Rambut Perlu Disemir Ulang

Kerry dilahirkan dengan nama John Forbes Kerry pada 11 Desember 1943 di Denver, Colorado sehingga kini berusia 79 tahun. Dia adalah putra seorang petugas layanan karier asing. Kerry dibesarkan dalam keluarga Katolik dan Kerry dibesarkan dalam keluarga Katolik dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di luar negeri. 

Setelah lulus dari Yale University, Kerry bertugas di Vietnam dan merupakan penerima Silver Star, Bronze Star dengan Combat V (untuk keberanian) dan tiga Purple Hearts. Sekembalinya ke Amerika, Kerry mendirikan Vietnam Veterans of America dan menjadi juru bicara Vietnam Veterans Against the War. 

Pada tahun 1971 di usianya yang ke-27, Kerry mengoordinasi pawai protes dari sekitar seribu veteran Vietnam di Washington, di mana dia memberikan orasi  di hadapan Senat Komite Hubungan Luar Negeri. Orasi itu melambungkan nama Kerry ke tingkat nasional, membuatnya terkenal sebagai pemimpin baru yang kuat dari gerakan antiperang.

Setelah itu, Kerry kuliah di Boston College Law School. Usai lulus, Kerry bekerja di kantor Jaksa Wilayah di Massachusetts dan melakukan praktek swasta. Pada tahun 1982, dia terpilih jadi Letnan Gubernur negara bagian Massachusetts. 

Kerry memasuki Senat dengan reputasi sebagai seorang pria yang penuh keyakinan. Dia membantu memberi jaminan kesehatan bagi jutaan warga dengan penghasilan rendah. Dia telah berjuang untuk meningkatkan pendidikan masyarakat, melindungi lingkungan alam dan memperkuat perekonomian Amerika. 

Baca Juga: Luhut Bicara Soal Tuntutan Penjara Haris Azhar Dan Fatia: Tak Ada Kebebasan Absolut

Hingga kemudian Kerry terpilih menjadi Senator Amerika Serikat 2 tahun kemudian dan terpilih kembali pada tahun 1990, 1996 dan 2002.  Pada tahun 2004, Kerry menjadi wakil dari partai Demokrat untuk maju sebagai calon presiden, dengan mengkritik kebijakan luar negeri pemerintahan Bush sebagai jurus kampanyenya, terutama dalam penanganan dari perang Irak.

Pada bulan Juli, Kerry memilih senator North Carolina dan mantan pengacaranya, John Edwards sebagai pendampingnya. Selanjutnya Kerry dan Edwards bergabung dengan pembicara Bill dan Hillary Clinton, Jimmy Carter, Madeline Albright dan lain-lain dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat di Boston. Pada November 2004 setelah berjuang keras dalam perebutan kursi presiden, Kerry mengakui kemenangan Presiden George W. Bush.

Kini, Kerry adalah senator paling senior dan sangat dihormati. Dia juga memegang posisi senior dalam Komite Keuangan, Perdagangan, dan Usaha Kecil. 

Dalam kehidupan pribadinya, Kerry menikahi Julia Thorne pada tahun 1970 dan dikaruniai 2 anak perempuan yakni Alexandra dan Vanessa. Namun karena depresi, pernikahan Kerry berakhir dengan perceraian pada 25 Juli 1988. 

Setelah hampir 7 tahun, Kerry menikah lagi dengan Teresa Simões-Ferreira Heinz, seorang janda dari Senator Pennsylvania, H. John Heinz III pada 26 Mei 1995. Dari pernikahan sebelumnya Teresa memiliki 3 anak laki-laki yakni H. John Heinz IV, André Heinz dan Christopher Heinz.

Cerita Luhut Dijenguk John Kerry

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (Instagram/@luhut.pandjaitan)
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (Instagram/@luhut.pandjaitan)

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dia sempat dijenguk oleh Utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Bidang Iklim, John Kerry.  Luhut mengaku bingung saat Kerry menjenguknya. Namun dalam pertemuan di Singapura tempat Luhut dirawat itu, Kerry sempat mengungkap penghormatan pada Presiden Jokowi.

"Tiga hari lalu misalnya, John Kerry datang jenguk saya di Singapura. Saya juga terus terang jujur nanya nih, saya siapa sih kok bisa sampai John Kerry minta betul supaya bisa ketemu saya? Tapi ujungnya adalah penghormatan mereka pada Presiden Jokowi yang bisa bernavigasi di tengah keadaan ekonomi dunia yang tidak baik seperti sekarang," ungkap Luhut dalam video yang diunggahnya di akun Instagram resminya, @luhut.pandjaitan pada Sabtu (18/11/2023).

Dalam pertemuan itu, Luhut juga mengatakan bahwa dia memberi penjelasan pada Kerry soal penanganan perubahan iklim yang dilakukan Indonesia, salah satunya dengan memanfaatkan rumput laut. "Kita punya ya alam ini, memberikan depleted reservoir kita juga punya saline aquifer yang jumlahnya hampir atau lebih 400 giga ton. Itu yang bisa di-inject CO2 ke dalam nya," ujar dia.

Selain itu Luhut juga menekankan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, yakni tidak condong pada pihak-pihak tertentu. Menurut Luhut, hubungan baik Indonesia dengan China dan AS terus dijaga selama kepentingan nasional terpenuhi.

Salah satu contohnya, AS membantu Indonesia soal dana Pertamina sebesar USD300 juta yang mengendap di Venezuela. Luhut mengatakan berkat hal itu, dana tersebut bisa kembali ke Pertamina.

"Dan kita bicara sama mereka jelas ya kalau Anda memang berteman sama kami ya buktikan dong perkawanan itu. Kita gak pernah against kalian kok. Kita tuh hanya membela kepentingan nasional Indonesia, dan mereka menghargai sikap itu," pungkas Luhut.

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI