Suara.com - Sebuah video yang diunggah oleh akun @sarahbaihaqi25 mendadak viral di media sosial saat sang pemilik akun menunjukkan adanya bantuan stunting untuk anak-anak di sekitaran Depok, Jawa Barat.
Bagaimana tidak, di dalam video tersebut, sang pemilik akun pun menunjukkan macam-macam makanan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari pemerintah dengan lauk yang dianggap kurang memadai.
Hal ini pun mendapat banyak perhatian dari warganet lantaran makanan tersebut dianggap kurang layak sebagai makanan pencegah stunting. PMT stunting tersebut juga dinilai tidak memenuhi kebutuhan gizi anak-anak per hari.
Banyak warganet yang merasa miris dengan bantuan makanan stunting tersebut hingga menimbulkan banyak protes ke pihak pemerintah. Padahal, pemerintah pusat pun sempat mengklaim sudah menganggarkan dana untuk PMT hingga milyaran rupiah untuk setiap daerah.
Baca Juga: BRI Life Peduli Anemia dan Stunting Indonesia di Nusa Tenggara Timur
Simak inilah 6 fakta miris makanan bantuan pencegah stunting di Depok selengkapnya.
1. Hanya diberi sop tahu dan sawi
Dalam video yang diunggah oleh akun @sarahbaihaqi25 tersebut, nampak sang pemilik akun hanya menerima bantuan makanan harian berupa beberapa potong tahu yang dibuat menjadi sop tahu dan tambahan sawi yang cukup sedikit.
Hal ini pun menimbulkan banyak reaksi dari warganet.
"Nangis banget PMTnya cuma gitu...." tulis akun @ifahh282.
Baca Juga: Detik-detik KPK Geledah Rumah Anggota DPR Sudin di Raffles Hills Cibubur, Terkait Kasus Korupsi SYL?
2. Banyak warganet ngaku dapat PMT yang juga kurang layak
Banyak juga warganet yang mengaminkan unggahan sang pemilik akun Tiktok tersebut. Beberapa dari mereka mengaku bantuan PMT dari pemerintah daerah mereka juga banyak yang tidak layak dan tidak cukup memenuhi gizi anak anak.
"PMT di tempat saya cuma dikasih kue padimas harga 500 rupiah," tulis akun Ozil Abayaomi.
"Tadi dari posyandu saya cuma dapet agar agar doang," tulis akun lainnya.
3. Anggaran makanan stunting di Depok mencapai Rp4,9 miliar
Padahal, pemerintah Depok sendiri mengaku sudah menerima dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 4,9 miliar untuk pemberian makanan stunting di 38 puskesmas yang tersebar di berbagai daerah di Depok, Jawa Barat. Meskipun sudah disiapkan anggaran hingga miliaran rupiah, namun bantuan makanan stunting pun masih kurang memadai.
4. Pihak Dinkes Depok buka suara
Ramainya pembahasan soal bantuan makanan stunting yang cukup miris ini pun direspons oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati. Dalam keterangannya, Mary mengaku pemberian PMT tersebut memang hanya berbentuk kudapan dan bukan makanan bergizi lengkap.
"Ramai yang bilang "ini cuma dua tahu, dua otak-otak," padahal dalam buku resep dari UNICEF sudah menyatakan bahwa dua protein hewani dan nabati dalam makanan sudah cukup untuk melengkapi gizi harian para balita," ungkap Mary dalam keterangannya pada Kamis (16/11/2023) kemarin.
5. Hanya dianggarkan Rp 18 ribu per paket
Fakta miris lainnya juga terungkap saat Mary mengaku bahwa anggaran untuk setiap balita yang menerima PMT hanya dialokasikan sebesar Rp 18 ribu per paket makanan. Bahkan, uang tersebut pun belum dipotong pajak dan pembelian kemasan.
"Kita cuma dianggarkan Rp 18 ribu per paket, all in. Itu belum pajak, biaya distribusi, pembelian kemasan, juga pencucian," lanjut Mary dalam penjelasannya soal anggaran PMT di Depok ini.
6. Wadah makanan dipakai secara berulang
Tak hanya itu, Mary pun mengaku pihaknya harus memutar otak agar anggaran tetap cukup untuk makanan PMT yang dilakukan selama 28 hari setiap bulannya. Salah satunya dengan menggunakan wadah makanan daur ulang dengan tujuan agar sampah wadah makanan tidak menumpuk.
"Kita pakai kemasan dipakai ulang atau reuse. Kita juga perlu vendor penyedia cuci wadah makanan karena kita tidak ingin ada sampah wadah makanan menumpuk di Depok," tutup Mary dalam penjelasannya.
Hal ini justru dianggap merepotkan warga penerima PMT lantaran mereka harus mengembalikan setiap wadah makanan yang mereka terima dan adanya indikasi makanan yang diterima tidak higienis lantaran menggunakan wadah yang hanya dicuci ulang saja.
Kontributor : Dea Nabila