Suara.com - Insiden jatuhnya 2 Pesawat Super Tucano bernomor ekor TT-3111 dan TT-3103 milik TNI AU mengakibatkan 4 awak pesawat meninggal. Keempat korban yang merupakan perwira menengah di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang itu ditemukan dalam kondisi meninggal.
Diketahui pesawat tempur itu hilang kontak tak lama setelah melaporkan cuaca kurang baik. Kedua pesawat lalu ditemukan jatuh di kawasan Watugede, Pasuruan pada Kamis (16/11/2023) kemarin. Simak profil 4 perwira TNI yang tewas dalam kecelakaan pesawat tempur di Pasuruan berikut ini.
1. Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya
Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya adalah perwira menengah TNI AU yang hingga insiden terjadi masih menjabat sebagai Kepala Dinas Personel (Kadispers) Lanud Abdulrachman Saleh. Ketika insiden, Kolonel Widiono berada di kursi belakang pesawat Super Tucano TT-3111.
Kolonel Adm Widiono diketahui bertugas menjadi Backseater. Sementara rekannya yakni Letkol Pnb Sandhra Gunawan menjadi Frontseater dalam pesawat TT-3111.
Baca Juga: Jatuh Di Pasuruan, Berikut Spesifikasi Pesawat Super Tucano Milik TNI-AU
Pada tahun 2017 silam, Kolonel Adm Widiono pernah menjabat sebagai Komandan Skadik 503 Wingdikum. Berkat kepiawaiannya dalam menjabat, Kolonel Adm Widiono mampu mempertahankan hal yang konstruktif bagi Skadik dan meningkatkan kinerja Skadik kearah yang lebih baik.
2. Letkol Pnb Sandhra Gunawan
Letkol Pnb Sandhra Gunawan merupakan Komandan Skadron Udara 21. Ketika insiden terjadi, dia berada satu pesawat dengan Kolonel Widono dalam pesawat TT-3111 dengan posisi duduk di kursi depan. Jenazah Letkol Sandhra adalah yang terakhir ditemukan setelah proses pencarian dan evakuasi di medan yang sulit.
Letkol Pnb Sandhra mengawali kariernya sebagai penerbang pesawat OV 10 F Bronco hingga tahun 2007. Setelah pesawat OV 10 F Bronco dinyatakan tidak boleh terbang lagi oleh Mabesau, Letkol Sandhra sempat tugas sebagai penerbang pesawat Cassa 212 skadron udara 4 dan C-130 Hercules di skadron udara 32.
Letkol Pnb Sandhra adalah alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2004. Saat perkuliahan, dia meraih predikat siswa terbaik pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) angkatan ke-56 di Lembang.
Pada tahun 2019 lalu, Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Hery Setiawan memberikan badge 100 jam terbang kepada Letkol Pnb Sandhra Gunawan. Ketika itu Letkol Pnb Sandra masih berpangkat mayor.
Baca Juga: Detik-detik Jatuhnya 2 Pesawat Super Tucano Tewaskan 4 Perwira TNI AU Di Pasuruan
3. Kolonel Pnb Subhan
Kolonel Pnb Subhan merupakan Komandan Wing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh. Ketika insiden terjadi, Subhan berada di pesawat Super Tucano TT-3103 dengan posisi duduk di kursi belakang pesawat.
Kolonel Pnb Subhan adalah alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) pada tahun 1998. Usai lulus, dia menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Karier Kolonel Subhan melonjak naik. Pada 4 Februari 2023 lalu, jabatan Komandan Wing 2 Lanud Abdurrahman Saleh sepenuhnya dipegang oleh Kolonel Pnb Subhan.
Kolonel Pnb Subhan dikenal sebagai salah satu Pamen (Perwira Menengah) yang sangat andal dan piawai dalam menerbangkan pesawat. Dalam karier penerbangannya di TNI AU, Kolonel Pnb Subhan adalah salah satu penerbang pesawat C-130 Hercules Skuadron Udara 32 Wing 2 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.
4. Mayor Pnb Yuda A Seta
Korban selanjutnya yang meninggal dalam tragedi pesawat di Pasuruan itu adalah Mayor Pnb Yuda A Seta. Dia adalah pejabat Kepala Ruang Operasi (Karuops) Lanud Abdulrachman Saleh.
Ketika insiden, Mayor Yuda duduk di kursi depan pesawat TT-3103. Dia duduk di depan Kolonel Pnb Subhan.
Mayor Pnb Yuda A. Seta adalah penerbang senior di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Dia adalah alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2006 lalu.
Pada tahun 2021, Mayor Pnb Yuda A. Seta dan rekan alumni AAU Tahun 2006 memberikan bantuan kepada korban erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Bantuan itu diserahkan langsung oleh Mayor Pnb Yuda A. Seta.
Kontributor : Trias Rohmadoni