Suara.com - Jelang memasuki Pemilu 2024 tak hanya polemik politik yang menyangkut capres dan cawapres saja yang meluap. Ternyata ada fenomena perpindahan kader partai ke partai lain bak bursa transfer pemain sepak bola.
Tentu saja alasan para kader untuk memutuskan pindah partai sangatlah beragam. Misalnya, seperti alasan tak mendapatkan posisi bagus di partai asalnya hingga berpindah karena gagal melaju ke parlemen melalui partai sebelumnya.
Siapa sangka kalau Partai Golkar menjadi salah satu partai yang kadernya berhijrah ke beberapa partai lain. Bahkan, karena hal itu ada beberapa publik yang mengatakan kalai Partai Golkar memiliki kemiripan dengan klub bola Real Madrid. Berikut ulasannya.
Kemiripan Partai Golkar dengan Real Madrid
Sepertinya fenomena pindah parpol menjelang Pemilu adalah hal yang wajar. Namun, siapa sangka kalau Golkar menjadi salah satu partai yang cukup banyak keluar kadernya atau bisa dikatakan kadernya hijrah ke mana-mana.
Salah satunya adalah anggota Komisi VII DPR RI dari Frakasi Golkar yakni Dedi Mulyadi dikabarkan hengkan dan perpindah ke Parta Gerindra. Bahkan pada Pemilu 2024 ini ia kabarkan maju sebagai bacaleg.
Pada tahun 2021 dikabarkan juga Syahrul Yasin Limpo yang pindah ke Partai Nasdem hingga Priyo Budi Santoso yang pindah ke Partai Berkarya. Selain itu, Kepala Badan Pemenang Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief mengeklaim ada 14 kader baru yang berasal dari Partai Demokrat.
Namun, Andi mengaku belum mau menyebutkan nama-nama kader Golkar yang pindah ke Demokrat. Lantaran hal ini menyangkut etika dalam berpartai.
Sejak era reformasi, bahkan tercatat ada sejumlah alumni kader Golkar yang membuat partai baru seperti Prabowo Subianto dengan Partai Gerindra, Surya Paloh dengan Partai NasDem, Wiranto dengan Partai Hanura, dan Tommy Soeharto dengan Partai Berkarya.
Baca Juga: Pemilu Damai 2024, Menkominfo Beri 3 Langkah Agar ASN Terhindar dari Hoaks
Bahkan, mantan kadernya pada Pemilu 2024 nanti resmi maju yakni, Prabowo Subianto. Partai Golkar pun menjadi partai koalisi yang mendukung mantan kadernya itu.
Hal ini pun sama dengan Real Madri atau Akademi Real Madrid, meskipun mereka terkenal suka menghamburkan uang untuk membeli pemain bagus berharga mahal. Namun, mereka juga kerap mentransfer pemainnya ke beberapa klub.
Misalnya Alvaro Morata lulusan akademi Real Madrid yang termahal ditransfer ke klub Chelsea pada 2017. Lalu ada Achraf Hakimi kala itu ke Inter dan masih banyak lagi jebolan Akademi Madrid yang menjadi pemain bola terbaik.
Kalau Golkar mantan kadernya berhasil membuat partai sendiri hingga mencalonkan menjadi capres di Pemilu 2024. Akademi Real Madrid juga melahirkan beberapa pemain terbaik di sepak bola dunia.
Partai Golkar dulu Partai Kader
Partai Golkar disebut sebagai partai yang gagal dalam melakukan kaderisasi, hal itu pun disampaikan langsung oleh Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul. Terakhir kader Golkar yang maju ke Pilpres pada Pemilu 2009 yang kala itu mencalonkan Jusuf Kalla sebagai capres yang kala itu berpasangan dengan Ketum Hanura, Wiranto.
Namun, pada Pemilu 2014 Golkar gagal mengusung kadernya sebagai capres. Mereka malah berkoalisi untuk mendukung Prabowo yang berpasangan dengan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa.
Begitu juga pada Pemilu 2019, Golkar masuk ke dalam barisan pendukung Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Harusnya pada Pemilu 2024 sudah saatnya Golkar menonjolkan kadernya, namun hal itu lagi-lagi gagal, padahal sebelumnya Golkar adalah partai kader.
"Ini adalah kegagalan kaderisasi Golkar. Padahal selama ini kita tahu Golkar adalah partai kader," ujar Najmuddin.
"Dulu betapa kayanya Golkar dengan kader hebat. Sekarang mereka tak dapat usung capres maupun cawapres," tandasnya.