Suara.com - Relawan Indonesia di Gaza merasa takut dengan situasi yang terjadi di Palestina sekarang. Salah satu relawan medis asal Indonesia Fikri Rofiul Haq bahkan mengatakan kalau dirinya telah pasrah bila turut menjadi korban akibat serangan senjata dari militer Israel.
Fikri mengaku kalau psikisnya sudah sangat terguncang, terutama ketika Rumah Sakit Indonesia tempatnya bertugas juga jadi sasaran serangan bom oleh Israel. Kepada Al Jazeera, Fikri mengatakan dia sempat berpikir akan meninggal ketika dalam perjalanan mendapatkan pasokan medis untuk rumah sakit dari rumah-rumah warga sipil di sekitar distrik Al-Jalaa pada dua pekan lalu.
Dia dan relawan lain dari Indonesia hanya berjarak sekitar 20 menit dari rumah sakit ketika bom mulai berjatuhan dengan jarak sekitar 200 meter dari tempat mereka.
“Saya merasa paling takut dan pasrah dengan nasib saya saat itu, karena kami berada di gedung milik penduduk setempat. Yang kami tahu, militer Israel menghancurkan rumah-rumah warga sipil,” cerita Fikri, dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/11/2023).

Fikri merasa kalau para relawan saat ini hanya bisa mengharapkan perlindungan dari Tuhan.
“Tidak ada jaminan keselamatan kami. Hal ini membuat saya merasakan ketakutan yang luar biasa, namun berkat kasih karunia Tuhan, kami terlindungi," imbuhnya.
Saat Israel belum melayangkan serangan rudal, Fikri dan para relawan lain masih bisa menemukan beberapa perlengkapan medis untuk rumah sakit serta membagikan paket makanan kepada staf medis.
Namun sejak serangan peluru dan rudal Israel dilakukan pada awal November lalu, mereka terpaksa tetap tinggal di halaman rumah sakit dan tidur di ruang dokter. Terlebih rumah-rumah sipil di sekitar rumah sakit juga banyak yang sudah hancur.
“Trauma yang kami alami sangat besar, tetapi jika kami tetap berada di rumah sakit, saya merasa aman karena militer Israel belum menyerang rumah sakit secara langsung,” ujarnya.
Baca Juga: Daerah Tersubur dengan Kualitas Air Baik di Gaza Dihancurkan oleh Israel
Namun, area di sekitar rumah sakit terus-menerus dibombardir, lanjut Fikri. Saat serangan itu terjadi, ketakutan ikut menyelimuti orang-orang yang ada di dalam rumah sakit.