Relawan Indonesia di Gaza Ketakutan, Pasrah Bila Terkena Bom Israel: Tak Ada Jaminan Keselamatan Kami

Senin, 13 November 2023 | 10:34 WIB
Relawan Indonesia di Gaza Ketakutan, Pasrah Bila Terkena Bom Israel: Tak Ada Jaminan Keselamatan Kami
Ribuan warga Palestina meninggalkan Gaza bagian utara menuju wilayah selatan dengan berjalan kaki ditengah serangan Israel pada Jumat (10/11/2023). [MAHMUD HAMS/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Relawan Indonesia di Gaza merasa takut dengan situasi yang terjadi di Palestina sekarang. Salah satu relawan medis asal Indonesia Fikri Rofiul Haq bahkan mengatakan kalau dirinya telah pasrah bila turut menjadi korban akibat serangan senjata dari militer Israel.

Fikri mengaku kalau psikisnya sudah sangat terguncang, terutama ketika Rumah Sakit Indonesia tempatnya bertugas juga jadi sasaran serangan bom oleh Israel. Kepada Al Jazeera, Fikri mengatakan dia sempat berpikir akan meninggal ketika dalam perjalanan mendapatkan pasokan medis untuk rumah sakit dari rumah-rumah warga sipil di sekitar distrik Al-Jalaa pada dua pekan lalu.

Dia dan relawan lain dari Indonesia hanya berjarak sekitar 20 menit dari rumah sakit ketika bom mulai berjatuhan dengan jarak sekitar 200 meter dari tempat mereka.

“Saya merasa paling takut dan pasrah dengan nasib saya saat itu, karena kami berada di gedung milik penduduk setempat. Yang kami tahu, militer Israel menghancurkan rumah-rumah warga sipil,” cerita Fikri, dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/11/2023).

Baca Juga: Daerah Tersubur dengan Kualitas Air Baik di Gaza Dihancurkan oleh Israel

RS Indonesia di Gaza (Instagram/BangOnim)
RS Indonesia di Gaza (Instagram/BangOnim)

Fikri merasa kalau para relawan saat ini hanya bisa mengharapkan perlindungan dari Tuhan.

“Tidak ada jaminan keselamatan kami. Hal ini membuat saya merasakan ketakutan yang luar biasa, namun berkat kasih karunia Tuhan, kami terlindungi," imbuhnya.

Saat Israel belum melayangkan serangan rudal, Fikri dan para relawan lain masih bisa menemukan beberapa perlengkapan medis untuk rumah sakit serta membagikan paket makanan kepada staf medis.

Namun sejak serangan peluru dan rudal Israel dilakukan pada awal November lalu, mereka terpaksa tetap tinggal di halaman rumah sakit dan tidur di ruang dokter. Terlebih rumah-rumah sipil di sekitar rumah sakit juga banyak yang sudah hancur.

“Trauma yang kami alami sangat besar, tetapi jika kami tetap berada di rumah sakit, saya merasa aman karena militer Israel belum menyerang rumah sakit secara langsung,” ujarnya.

Baca Juga: Ramai Aksi Boikot Produk Pendukung Israel, Momentum Memajukan Brand Lokal!

Namun, area di sekitar rumah sakit terus-menerus dibombardir, lanjut Fikri. Saat serangan itu terjadi, ketakutan ikut menyelimuti orang-orang yang ada di dalam rumah sakit.

Ribuan warga Palestina meninggalkan Gaza bagian utara menuju wilayah selatan dengan berjalan kaki ditengah serangan Israel pada Jumat (10/11/2023). [MAHMUD HAMS/AFP]
Ribuan warga Palestina meninggalkan Gaza bagian utara menuju wilayah selatan dengan berjalan kaki ditengah serangan Israel pada Jumat (10/11/2023). [MAHMUD HAMS/AFP]

Dalam sepekan terakhir, kawasan di sekitar RS Indonesia dan rumah sakit lain di Jalur Gaza menjadi sasaran intensifikasi bombardir Israel. Tank-tank Israel mendekat, mengepung fasilitas medis tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan ketika pemboman Israel meratakan seluruh lingkungan di Gaza.

Dilaporkan bahwa telah lebih dari 11 ribu orang terbunuh di wilayah tersebut akibat serangan itu.

Fikri menceritakan kalau lokasi pengeboman Israel begitu dekat, sampai membuat gedung rumah sakit berguncang dan sebagian atapnya menjadi ambruk. Namun, serangan bom yang kembali dilakukan Israel pada Kamis (9/11) lalu, menurutnya, benar-benar menakutkan.

“Biasanya kalau ada pengeboman, gedung RS bergoyang. Tapi pada 9 November, RS terasa seperti terangkat dari fondasinya. Itu membuat kami ketakutan," pungkas Fikri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI