Suara.com - Belakangan ini linimasa kembali dihebohkan oleh warganet yang mengungkapkan kekesalannya karena melihat seorang perempuan yang diseksualisasi. Hal itu pun sempat diunggah melalui akun base di platform X.
Sosok perempuan yang diseksualisasi padahal memakai baju yang tertutup, berhijab, dan aktivitas yang ia lakukan adalah membuat konten edukasi untuk anak kecil dan bayi. Kendati demikian, masih saja ada oknum yang melancarkan imajinasi liarnya sampai membentuk perilaku yang tidak senonoh.
Maka dari itu, pelecehan seksual apapun bentuknya sama sekali tidak ada kaitannya dengan pakaian korban. Baik korban yang memakai pakaian tertutup dan terbuka berpotensi menjadi target pelecehan seksual.
Hasil Survei Koalisi Ruang Publik Aman
Baca Juga: Banjir Hujatan, Putri Anne Diminta Jadi Wanita Anggun Usai Dance Depan Anak: Kayak Cacing Kepanasan
Pihak Koalisi Ruang Publik Aman lewat surveinya pernah menyimpulkan bahwa tidak ada kaitan antara pakaian yang dikenakan perempuan dengan pelecehan seksual.
Dari survei itu dipaparkan pakaian model apa saja yang dikenakan perempuan saat mengalami pelecehan seksual.
Pakaian yang dikenakan korban adalah rok panjang dan celana panjang (17,47%), disusul baju lengan panjang (15,82%), baju seragam sekolah (14,23%), baju longgar (13,80%), berhijab pendek/sedang (13,20%), baju lengan pendek (7,72%), baju seragam kantor (4,61%), berhijab panjang (3,68%), rok selutut atau celana selutut (3,02%), dan baju ketat atau celana ketat (1,89%). Yang berhijab dan bercadar juga mengalami pelecehan seksual (0,17%). Bila dijumlah, ada 17% responden berhijab mengalami pelecehan seksual. Ada 19 jenis pakaian yang terpotret di survei ini.
"Selama ini korban pelecehan seksual banyak disalahkan karena dianggap 'mengundang' aksi pelecehan dengan memakai baju seksi atau jalan sendiri di malam hari. Tapi semua anggapan itu bisa dibantah dengan hasil survei ini. Hasil survei ini jelas menunjukkan bahwa perempuan bercadar pun sering dilecehkan, bahkan pada siang hari," kata pendiri perEMPUan, Rika Rosvianti.
Dia menjelasakan, pelecehan seksual murni terjadi 100% karena niat pelaku. Tidak ada korban yang memancing untuk dilecehkan. Tidak seharusnya korban yang mengalami pelecehan seksual ini disalahkan karena kejahatan yang dilakukan orang lain.
Baca Juga: Patung Jokowi Senilai Rp2,5 Miliar di Karo Tuai Kritik Warganet: Gunanya untuk Masyarakat Apa?
Mungkin akan terdengar sangat absurd jika melarang pelaku pelecahan untuk memikirkan apa yang mereka pikirkan. Apalagi pada kasus di atas, seharusnya laki-laki tau batas.
Imajinasinya nggak perlu sampai ke pelecehan. Jadi, tolong untuk kendalikan pemikiran kalian. Jaga supaya tetap berbentuk pikiran saja, jangan sampai jadi perbuatan.