Suara.com - Media sosial kerap dihebohkan dengan masalah penggemar yang terlalu fanatisme dengan idolanya. Bahkan, tak jarang masalah tersebut memicu pertengkaran di media sosial.
Salah satu contoh masalah yang beberapa waktu lalu sempat viral ada para penggemar Fuji yang 'menyerang Tissa Biani'. Mulanya kekasih Dul Jaelani itu mengunggah puluhan komentar hujatan yang diterimanya usai 'menyenggol' Fuji. Dia disumpah serapah fans adik Fadly Faisal itu karena dianggap menganggu idolanya.
"Story sebelumnya adalah sebagian contoh oknum fanatik. Banyak comment hate speech menjatuhkan orang," tulis Tissa Biani dalam unggahan Story Instagram-nya, Minggu (29/10/2023).
Kemudian aktris 21 tahun itu berujar bahwa dirinya dan Fuji tidak ada masalah secara personal. Tissa Biani juga tidak membenarkan teman seumurannya itu ikut terkena hujatan.Namun Tissa curhat bahwa dia tak bisa memungkiri rasa tidak nyamannya yang selalu disebut mengikuti Fuji setiap dia bergerak.
Baca Juga: Marissya Icha Bantah Tuduhan Sebar Chat Fuji Ngomong Kasar ke Karyawan
"Yang aku permasalahkan adalah sangat risih aja sama orang yang selalu mengsangkutpautkan postingan-postingan apapun dengan beliau (dan itu berulang kali mereka lakukan, makanya aku post ini)," tulis Tissa Biani.
"Joget ini dibilang ngikutin beliau. Pakai baju ini dibilang ngikutin beliau. Ganti gaya rambut ini dibilang ngikutin beliau. Bahkan ada yang bilang berkarier atau terkenal karena beliau," ujar Tissa menyambung.
Dari masalah itu, ada sebuah penelitian soal fans garis keras selebriti kemungkinan punya kecerdasan yang rendah.
Fans Garis Keras Cenderung Kurang Cerdas?
Sebuah studi dari Hungaria beberapa waktu lalu diterbitkan di BMC Psychology. Penelitian itu menemukan 'hubungan langsung antara pemujaan selebriti dan kinerja yang lebih buruk pada tes kognitif'.
Baca Juga: Publik Soroti Thariq Halilintar yang Gandeng Tiga Perempuan Berbeda di Tiga Momen Ultah Ashanty
Studi itu dilakukan terhadap 1.763 orang dewasa yang menyelesaikan serangkaian tugas, termasuk tes kosakata 30 kata da tes substitusi simbol digit.
Terdapat contoh pertanyaan survei yang diberikan adalah "Saya Saya sering merasa terdorong untuk mempelajari kebiasaan pribadi selebriti favorit saya", "Saya terobsesi dengan detail kehidupan selebriti favorit saya", dan "jika saya cukup beruntung untuk bertemu selebriti favorit saya, dan dia meminta saya untuk melakukan sesuatu yang ilegal sebagai bantuan, saya mungkin akan melakukannya."
Peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang mendapat skor tertinggi pada skala sikap selebriti juga memiliki kinerja yang lebih rendah pada dua teas kemampuan kognitif.
Kendati demikian, mereka mengakui bahwa mereka tidak dapat mengatakan apakah obsesi terhadap selebriti adalah penyebab atau konsekuensi dari memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah.
Menurut para peneliti, hal tersebut perlu dilakukan lewat studi lanjutan. Para peneliti mengatakan studi di masa depan harus mencari dukungan lebih lanjut mengenai hal ini.
"Studi di masa depan harus mencari dukungan lebih lanjut untuk saran kami bahwa upaya kognitif yang diinvestasikan dalam mempertahankan penyerapan pada selebriti favorit dapat mengganggu kinerja orang tersebut dalam tugas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan kognitif lainnya," ungkap para peneliti.
"Meskipun penelitian kami tidak membuktikan bahwa mengembangkan obsesi yang kuat dengan selebriti favorit seseorang menyebabkan seseorang mendapat skor lebih rendah pada tes kognitif, itu menunjukkan bahwa mungkin bijaksana untuk memantau perasaan untuk (mereka) dengan hati-hati." tandasnya.