Suara.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015, Din Syamsudin secara tegas mengatakan Indonesia harus mendukung Palestina. Hal ini karena Palestina merupakan negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.
Bukan hanya itu, Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno juga bersahabat dekat dengan tokoh Palestina, yakni Yaseer Arafat. Oleh sebab itu, menurut Din Syamsudin harus mewarisi komitmen Indonesia dalam membela Palestina.
“Proklamator Indonesia Bung Karno sanat bersahabat dekat dengan tokoh Palestina, Yaseer Arafat. Bahkan kalau Yaseer Arafat datang ke Jakarta, selalu menyempatkan diri untuk bertemu Bung Karno dan keluarga,” ucap Din Syamsudin dalam potongan video aksi belas Palestina yang diunggah kanal Youtube Syahrul Mustofa, Minggu (5/11/2023).
“Inilah yang harus kita warisi, komitmen untuk membela Palestina tidak boleh berhenti,” sambung Din Syamsuddin.
Melalui kedekatan Soekarno dengan Yaseer Arafat itu yang dijadikannya alasan mengapa Indonesia harus membela Palestina. Namun, siapa sebenarnya sosok Yaseer Arafat ini? Simak profilnya berikut.
Profil Yaseer Arafat
Yaseer Arafat memiliki nama lengkap Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa. Ia lahir di Kairo 24 Agustus 1929. Ayah Yaseer Arafat, Abdel Raouf al-Qudwa al-Husseini adalah seorang pedagang tekstil yang merupakan seorang Palestina dengan beberapa keturunan Mesir.
Sementara ibunya, Zahwa Abul Saud dari sebuah keluarga tua Palestina di Yerusalem. Ibunya meninggal saat Yaseer Arafat masih berusia 4 tahun. Yaseer Arafat anak Arafat adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.
Yaseer Arafat sendiri merupakan Presiden Otoritas Nasional Palestina ke-1. Ia juga sosok yang menentang Israel atas nama hak penentuan nasib rakyat Palestina. Bahkan, perjuangan Yaseer Arafat ini juga sudah dilakukan sejak lama saat masih menempuh pendidikan.
Baca Juga: 9 Delegasi Polri Ikut Terbang Ke Palestina, Kawal Misi Bantuan Ke Jalur Gaza
Ia menempuh pendidikan di Presiden Otoritas Nasional Palestina ke-1. Selama Perang Arab-Israel 1948, Yaseer Arafat pernah meninggalkan kampusnya dan berusaha memasuki Palestina bersama pemuda-pemuda Arab lainnya. Ia bergabung dengan pasukan Arab yang sedang bertempur melawan tentara Israel. Setelah itu, Yaseer Arafat kembali kuliah teknik sipil-nya hingga mendapat gelar sarjana.